Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ideologi Instan HMI

Proses ideologisasi seharusnya diberikan (lebih jauh harus dinternalisasikan) dengan kontinuitas yang jelas, baik konsep ataupun implementasi.

Secara sempit kata ideologi sering disandarkan pada dua ideologi besar antara ideologi kapitalisme dan ideologi sosialisme, antara ideologi kanan dan ideologi kiri. Ditambah lagi dua turunan dari sosialisme atau istilah baru dalam dunia profaganda ideologi yaitu Sssosialisme Demokratisnya Antony Gidden yang lebih terkenal dengan sebutan jalan ke tiga (the third way) dan sosialisme religius yang dipopulerkan dikalangan mahasiswa oleh kawan-kawan HMI MPO. Ideologi berpijak pada pemahaman tentang kebenaran suatu tujuan hidup manusia yang akan dicapai kelak. Tapi pada tulisan ini tidak bermaksud membicarakan makna ideologi yang telah dipersempit dengan berbagai macam profagandanya pada kehidupan sehari-hari maupun dalam tataran keilmuan. Ideologi di sini akan dikembalikan pada maknanya yang umum walaupun tiap kepala akan berbeda mengartikannya.

Merunut sejarah, istilah ideologi muncul pada abad 18 (1745-1836) dari seorang pilsuf Prancis; Destutt de Tracy. Ideologi menunjuk pada sebuah nama ilmu pengetahuan baru tentang sebuah sistem ide yang diyakini. 

Ideologi secara konsep sering dipahami secara berbeda-beda, baik dalam pengertian orang-orang awam maupun dalam pemakaian di dunia keilmuan. Sesekali ia disebut sebagai jalan kebenaran yang menyerupai firman, dengan begitu perlu diimani. Ideologi bisa menjadi guiding principle suatu komunitas. Ideologi tidak hanya untuk difahami tapi lebih berpretensi untuk dipraktekan.

Menurut Syaria’ti ideologi biasa diasosiasikan dengan kaum intelektual. Lebih lanjut Syari’ati mengatakan, kaum intelektual seharusnya punya suatu ide yang gamblang tentang kata ideologi, yang akan membimbing mereka dalam mengembangkan suatu pola pemikiran tertentu dan mencetuskan arah bagi kehidupan mereka.

Menyoal ideologi HMI
Dalam konteks ke-HMI-an dan perkaderan yang ada di dalamnya, Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai landasan ideologis, jelasnya bahwa ideologi HMI mengacu pada NDP seharusnya bisa menjadi guiding principle, bisa menjadi way of lifenya kader, sebab di dalamnya NDP mengajarkan, selain hubungan manusia dengan Sang Pencipta, hubungan manusia dengan sesama, dengan alam dan dengan kehidupan secara menyuluruh.
 
NDP sebagai hasil reformulasi ayat-ayat Qauliyah dan Qauniyah Sang Pengatur, seharusnya bisa terkristalisai dalam kehidupan HMI, baik secara organisasi termasuk di dalamnya politik yang dimainkan, hubungan antar kader, dalam memperjuangkan ummat, termasuk dalam dunia keilmuan. Jelasnya apabila seorang kader betul-betul memahami NDP ia juga memahami Islam secara komprehensip, maka ia akan punya sikap tauhid yang khas ala HMI. Tapi dalam kenyataan secara menyeluruh dan terlembaga HMI—walaupun dari segi kuantitas tetap—tetapi secara kualitas dan citra jauh dari kesan NDPeis. Hal ini tentunya tercermin dari kehidupan sehari-hari kadeer HMI, baik yang dikesani ataupun secara obyektif yang telah kita kaji.

Pada level nasional, HMI yang diwakili oleh kepengurusan PB. Sejak dua tahun lalu terjadi dualisme kepemimpinan, hal ini dikarenakan salah satunya, karena pengurus PB yang profit oriented, orientasi kekuasan, bahwa posisi jabatan menentukan perut, tidak berangkat pada tanggung jawab perkaderan, tidak mission oriented. Begitupun pada level BADKO dan Cabang. Apabila diperhatikan, jarang yang mempunyai karya nyata dalam bidang perkaderan (termasuk konsep perkaderan) khususnya intelektualitas. Walaupun ada tapi gaungnya kalah dengan pembicaraan-pembicaraan yang menyangkutpautkan dengan fihak eksekutif, legislatif dan lainnya pada level kekuassaan. Bahkan tidak sedikit kader yang sudah berbicara proyek (uang) bukan lagi proyek perkaderan, bahkan yang memalukan ketika bangganya posisi jabatan teertentu dijadikan sebagai sebuah kehormatan padahal percuma saja sebuah jabatan tanpa memberikan karya yang betul-betul nyata bagi perkaderan.

Diskontinuitas perkaderan
Mengapa hal ini terjadi??. Menurut hemat saya, salah satu penyebabnya adalah bahwa nilai yang terkandung dalam NDP tidak terinternalisasi dalam jiwa para kader termasuk pengurus. NDP hanyalah sebuah wacana yang asyik dipimpong kesana kemari ketika ada pendidikan formal HMI. Masih mending apabila NDP menjadi sebuah wacana diskusi yang menarik, tetapi apabila berhenti pada mulut Sang Pemateri, menjadi sangat berbahaya. Penyampaian NDP sebagai langkah awal ideologisasi HMI tentunya harus bisa terserap secara menyeluruh oleh kader. Untuk bisa terserapnya ayat-ayat ideologis ini tentunya harus melalui mekanisme yang rasional dan metode yang benar.


Dalam LK 1, sebagai pintu masuk HMI di mana targetan utama adalah untuk merasa memiliki organisasi HMI (afective oriented), penyampaian ideologi HMI hanya sebatas mengenalkan dasar kepercayaan atau hanya sebatas membedah konsep LAAILAAHAILLALLAH dengan salah satu metodenya adalah pengosongan (dekonstuksi) dan pengisian kepercayaan. Belum lagi menyangkut materi ajaran ideologi, Pisik kader (calon) pun seharusnya dipersiapkan untuk bisa menerima bahkan menyerap materi tersebut, bukan malah dipreteli, dikuras tenaganya dengan mengurangi jam tidur dan porsi (gizi) makannya. Menurut Sigmund Freud apabila keadaan mental kita dalam keadaan lelah dan capek maka otak kita tidak akan mampu menyerap bahkan menolak informasi yang masuk.Ini baru proses awal.

Proses ideologisasi seharusnya diberikan (lebih jauh harus dinternalisasikan) dengan kontinuitas yang jelas, baik konsep ataupun implementasi. Selain proses penyampaian yang benar, baik materi ataupun pisik dan psikis penerima ajaran, juga proses kontinuitas harus berjalan,.masalah materi dan metode barangkali itu menjadi tanggungjawab dan sesuai dengan kemampuan pemateri, tapi pada proses kontinuitas, tentunya menjadi tanggung jawab kita sebagai pengurus khususnya, lebih khusus institusi yang langsung membidangi LK 1. Apabila proses kontinuitas dan mekanisme dalam penginternalisasian NDP sudah berjalan dan dapat dipertanggungjawabkan maka IDEOLOGI sebgai guide principle dan way of lifenya kader dalam konteks ke-HMI-an akan menemukan makna hakikinya.

Walaupun tidak semua cabang sama dalam melakukan perkaderan tetapi ada output yang umum dari hasil perkaderan. Perpecahan yang terjadi ditubuh Pengurus besar adalah contoh. Andaikata secara umum para kader lebih mementingkan perjuangan nilai dari pada perjuangan kekuasaan, tentunya, citra HMI tidak akan seperti yang terjadi pada saat ini.

Oleh karena hal di atas, proses ideologissasi di HMI hanya sebatas menyampaikan materi, hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Sudah LK 1 ya sudah tidak ada lagi program lanjutan yang kontinyu, sehingga materi yang disampaikan pada program LK seolah hanya ideologi dadakan, ideologi instan yang khusus ada di forum LK saja, sehingga afeksi HMI kaderpun hanya ketika menjadi peserta LK saja, selebihnya tidak. Hasilnya adalah HMI banyak melahirkan kader yang tidak jelas. Sesuadh prosesi LK selesai maka berhamburanlah anggota baru HMI entah ke mana, walaupun ada kader yang betah maka kader yang profit oriented, kader yang berorietasi pada kekuasaan Akhirnya HMI hanya dijadikan tunggangan untuk memenuhi syahwat politik anggota, bukan kader yang berorientasi pada amanah, bukan kader yang berorientasi pada tanggungjawab perkaderan yang merujuk pada missi. Sehingga HMI bukan lagi HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM Tetapi HIMPUNAN MENUNGGANGI ISLAM yang diarahkan dan digiring sesuai dengan nafsu anggotanya. Bahkan pada moment-moment tertentu kader disuruh “taklid untuk melakukan sesuatu”. Itulah hasil dari ideologisasi instan, ibarat mie instan; instan masak, instan dilahapnya maka instan pula rasa laparnya.

**) Dibuat dan dimuat untuk mading HMI tahun 2004

2 comments for "Ideologi Instan HMI"

  1. nilai NDP di aplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari sesuai dengan prinsip al qur'an dan sunnah yang diadaptasikan dengan kulture setempat, maka niali-nilai tewrsebut dapat dibumikan dimana pun ,kapanpun, "la ihtyiyaja litsani " tentunya perpedoman pada al qura'an dan assunnah, iman, ilmu dan amal yang diutamakan dari iiadalah iman, imunitas imkanisasi yang terpatri dalam jiwa. selamat yakusa". al maududi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak. Tulisan ini ditulis tahun 2004 saat sedang menjadi mahasiswa dan yang paling terasa saat beraktivitas.

      Delete

Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...