Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mahasiswa dan Gerakan Aliran Sesat

“ Seorang pria dengan pakaian serba putih dan berkepala plontos telah jatuh dari gedung bertingkat dengan kondisi badannya yangt terbakar. Selidik punya selidik, hal tersebut merupakan faktor kesengajaan yang dilakukan oleh gerakan salamullah yang dipimpin oleh Lia aminudin. Kontan saja masyarakat sekitar heboh atas kejadian tersebut. Tetapi yang punya hajat menanggapi dengan kepala dingin. Lia yang mengaku sebagai malaikat Jibril mengatakan bahwa prosesi pembakaran tersebut merupakann tahap pembersihan manusia dari dosa-dosa yang selama ini diperbuatnya”.

Petikan berita tersebut terjadi beberapa tahun silam dan aliran yang menamakan diri sebagai gerakan salamullah tersebut dinyatakan sesat oleh MUI. Beberapa bulan ke belakang gerakan salamullah kembali menghebohkan media massa, Lia Aminudin yang semula berbalut pakaian serba putih dari ujung rambut hingga ujung kaki berubah wujud seperti layaknya seorang dewa Budha, dengan kepala plontos, berjubah putih, dan selalu membawa tombak panjang. Belakangan terakhir Lia aminudin yang berganti nama Lia Eden diperkarakan dan menghuni sel hotel karena dianggap meresahkan masyarakat, dan kini telah bisa menghirup kembali udara bebas.

Tak lama setelah gerakan salamullah, muncul pula gerakan sempalan lainnya yang dianggap sesat dan menyesatkan oleh MUI, ada gerakan shalawat wahidiyah, al-qiyadah al-islamiyah dan gerakan al-qur’an suci.
Selain ramainya pemberitaan tetang gerakan sempalan yang relatif baru tersebut, yang tak kalah ramainya adalah aksi penghakiman massa dan penyegelan serta perusakan terhadap tempat ibadah komunitas ahmadiyah yang telah lebih dahulu dinyatakan sesat oleh MUI. Lantas ada yang mempertanyakan dengan sinis, yang sesat itu yang mana, ahmadiyahkah? Atau kebanyakan masyarakat yang telah menghakimi komunitas ahmadiyah? Jelas-jelas agama tidak pernah menganjurkan untuk berbuat kekarasan terhadap manusia lainnya.

Pada beberapa gerakan aliran yang dianggap sesat itu, keterlibatan unsur mahasiswa begitu menonjol, misalnya pada al-Qur’an suci. Gerakan ini mencari korban mahasiswa. Begitu juga gerakan Salamullah, yang dianggap Nabi oleh komunitas ini adalah seorang mahasiswa. Begitupun pada gerakan lain yang mengusung unsur pemikiran seperti gerakan sipilis (Sekularisme, pluralisme dan liberalisme) banyak melibatkan unsur mahasiswa. beberapa tahun silam pun sempat heboh adanya ateisme dan pemurtadan yang dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Berita-berita tersebut begitu mendominasi wajah-wajah media hingga menggeser rating berita lainnya semisal korupsi dan pemilu.
Dari eksplorasi gerakan aliran sesat tersebut yang notabene melibatkan unsur mahasiswa, timbul satu pertanyaan, sejauhmanakah keterlibatan mahasiswa dalam menyebarkan faham-faham yang tidak benar terhadap sesama rekannya? Atau pertanyaan yang lebih mendasar adalah, apakah benar keterlibatan mahasiswa dalam gerakan aliran tersebut? Bila kemudian benar, maka timbul lagi pertanyaan apa yang melatarbelakangi mereka melakukannya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas barangkali adalah yang akan menjadi topik diskusi kali ini, dan mudah-mudahan bisa membuat kita cerah.


Adakah Aliran Sesat, sebuah Tinjauan Historis.
Salah satu tujuan lahirnya Islam adalah untuk meluruskan kesesatan agama sebelumnya yang telah diselewengkan oleh sebagian umatnya dan pada akhirnya menjadi agama yang sesat pada abad ke-6 Masehi. Ummat benar-benar tidak sadar bahwa agamanya telah jauh melenceng dari faham tauhid yang sebenarnya. Bahkan tidak hanya itu, kejahiliahan merajalela dimana-mana, latta uzza menggantikan posisi spiritualitas yang tidak seharusnya terjadi. Pada kondisi demikian lahirlah Islam melalui kesabaran yang penuh dari Nabi Muhammad SAW. Islam dihadirkan untuk meluruskan ummatnya yang telah jauh melenceng dari pakem yang seharusnya.

Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul yang mengemban amanah untuk menyampaikan risalah menjadi sosok senntral, panutan serta rujukan ummat ketika menghadapi masalah. Tidak hanya itu, sosok penerang ini pun merupakan rumah peneduh bagi ummatnya, dari Ia terpencar ketenagan dan kedamaian. Sesuai dengan sifat kemanusiaannya Rasulullah Salallohu alaihi wasalam pun menekan saatnya untuk meninggalkan selamnya ummat yang dicintainya. Ketika Rasulullah meninggal, ummat pun panik dan mencari sosok yang mampu menggantikan posisi beliau sebagai pelindung dan pengayom ummat. Walaupun ada sosok Abu Bakar Siddik yang menggantikan posisinya sebagai khalifatullah, tapi pada sebagian orang berpendapat posisi Nabi tidak bisa digantikan oleh posisi shahabat. Pada situasi seperti ini muncul Musailamah al-kadzab yang memanfaatkan keadaan. Ia dengan berani mengaku Nabi yang diutus oleh Allah setelah Nabi Muhammad Solallohu alaihi wasalam. Namuh Kahlifah Abu Bakar cepat tanggap dan menghukum musailmah dan para pengikutnya.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemunculan aliran sesat telah muncul pasca wafatnya Nabi Agung Muhammad Salallohu alaihi wasalam, pada masa khalifah Abu Bakar Ashidiq.

Kemunculan kembali aliran atau sempalan yang dianggap keluar dari fakem adalah pada masa perebutan kekuasaan kekhalifahan antara Sayyidina Ali k.w. dengan golongan umayyah. Selain muncul sempalan syi’ah yang menyatakan diri sebagai golongan yang mendukung gerakan Ali, timbul pula gerakan Khawarij yang keluar dari barisan pendukung Khalifah Ali. Kendatipun pada awal munculnya gerakan ini berawal dari ketitidak pusasn situasi sosial politik, tapi pada kenyataannya menjelma menjadi sebuh faham yang berkorelasi dengan faham akidah Islam. Misalnya Syi’ah, pada awal kemunculannya yang dipelopori oleh Abdullah ibn Saba mengkeramatkan Ali sebagai titisan Tuhan. golongan Khawarij pun demikian, opada akhirnya menyentuh sisi akidah, misalnya ia menyatakan bahwa Ali dan para pengikutnya telah kafir karena menandatangani perjanjian damai dengan golongan muawiyyah yang jelas-jelas musuh Allah, dia juga berfaham bahwa golongan yang diluar golongannya adalah kafir. Faham ini sama dengan faham yang dianut oleh LEMKARI atau yang kini lebih populer dengan nama LDII, bahwa orang-orang yang diluar golongannya kafir dan najis.
Setelah aliran-aliran tersebut muncul ke permukaan, muncul pula aliran-aliran lainnya pada masa kekhalifahan selanjutnya, misalnya; Murji’ah, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah, najariyah, Musyabbibah, Salafy, asy-ariyah, maturidiyah, Wahabi, Bahaiyah, Ahmadiyah dan masih banyak lagi. Dari beberapa golongan tersebut terdapat faham-faham yang tidak sesuai dengan faham yang dianut oleh jumhur para ulama. Lantas bagaimanakah kondisi aliran tersebut pada zaman sekarang? Masihkah ada dan berkembang? Atau bermetaformosis menjadi gerakan lain? Lantas bagaimanakah dengan Indonesia? adakah faham-faham tersebut muncul dan menyebar di Indonesia?
Sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, sebagian aliran tersebut berkembang dan merupakan ortodoksi keagamaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia, misalnya Asy’ariyah dan maturidiyah yang melembaga dalam ormas keagamaan NU, begitupun sebagian faham-faham Syi’ah oleh sebagian kalangan disebut-sebut diadopsi oleh kalangan NU karena sistem tradisional dan pola sufistiknya. Begitupun dengan Wahabiyah yang oleh sebagian ilmuan disebut-sebut menjelma dalam ormas keagamaan Muhammadiyah dan Persis walaupun barangkali hanya sebagian faham-fahmanya saja dianut. Kemudian gerakan mu’tazilah pun menjelma dalam Jaringan Islam Liberal yang mengaungkan akal.

Gerakan tersebut pada awal kelahirannya dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang, tetapi kini telah menjadi minsteream atau arus utama dalam arus keberagamaan umat dan tidak lagi dianggap sesat. Tetapi sebagian aliran tetap dianggap menyimpang oleh mainstream keagamaan, semisal Syi’ah yang berkembang subur di Indonesia, Ahmadiyah, mu’tazilah, Salafy, Jama’ah Islamiyah.
Bila aliran-aliran di atas merupakan warisan sejarah peradaban Islam yang dilahirkan di timur tengah, lantas berada di manakah posisi aliran menyimpang yang lahir di Indonesia semisal; Al-Qur’an Suci, Al-Qiyadah Al-Islamiyah dan Salamullah?
Beberapa kalangan menduga, bahwa aliran-aliran menyimpang yang muncul tersebut sebagai murni lahir dari rahim bumi pertiwi. Secara mendasar aliran tersebut disebabkan oleh ideologi modern yang tidak mampu mengatasi persoalan kemanusiaan termasuk problem ekonomi.

Bagaimana kita mempersepsi Aliran Sesat?
a. Faktor internal
Berbicara persepsi akan berkorelasi secara lurus dengan sikap kita terhadap gerakan sempalan tersebut. Bila kita mempersepsi bahwa gerakan sempalan tersebut menyesatkan dan membahayakan tentu kita akan menjauh atau mengambil sikap akademis, mempelajarinya agar kita tidak terjebak dengan faham-faham tersebut. Jika kita mempersefsi bahwa gerakan sempalan tersebut adalah sesuatu hal yang unik barangkali kita akan mencoba untuk mencari tahu untuk dipelajari dan lebih jauh digauli. Tetapi bila kita mempersepsi bahwa gerakan sempalan tersebut adalah sebuah gejala sosial, katakanlah karena prustasi dengan kondisi keagamaan di Indonesia yang tidak menentramkan karena seorang kyai (misalnya) lebih memilih terjun ke dunia politik daripada membina umat, atau yang seharusnya kyai itu menjadi panutan umat justeru terlibat kasus korupsi.

Lebih jauh lagi bila menggunakan sudut pandang sosial, kecenderungan-kecenderungan penyimpangan tersebut bisa diakibatkan oleh gejala kapitalisme yang semakin merajalela. Kapitalisme menurut Piliang mempunyai dua virus utama, yaitu libidonomic, yaitu bahwa kecenderungan ekonomi selalu mengarah kepada sensualitas dan libido dan virus yang kedua adalah adanya ekcenderungan instanitas—serba instan. Kehidupan modern yang dilandasi oleh kapitalisme mengajarkan bahwa yang efektif dan efisien adalah instanitas, dari mulai mie instan, fastfood (makanan cepat saji), sex instan dan lain-lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan mendorong pula terhadap prilaku keagamaan dengan yang serba instan atau spiritualitas instan. Gejala ini muncul misalnya menjelang ramdlan. Bila kita saksikan di media televisi, tidak sedikit para artis yang tiba-tiba berkerudung dan melakuklan tadarus, tetapi setelah lewat bulan suci maka kerudung pun ditinggalkan karena krudungnya pun krudung instan.

Gejala spiritualitas instan ini pada tahap yang lebih jauh menjelma pada sesi kehidupan keagamaan yang lain yang lebih mendasar terhadap kebutuhan bathinnya. Misalnya orang yang telah melakukan dosa maka harus taubat. Taubat yang diajarkan oleh Islam adalah dengan penyesalan yang mendalam dan taubatanasuha. Tetapi karena orang yang melakukan dosa tersebut hanya ingin terlepas dari keresahannya karena berbuat dosa—belum pada taraf taubat maka dipilihlah taubat yang instan, dan ditemukanlah satu ajaran yang mengajarkan sistim infak untuk menebus dosa dari salah satu aliran menyimpang. Maka itulah solusi efektif dan efisien dari orang-orang yang menganut faham kapitalis. Bila melakukan dosa lagi maka tinggal bayar infak lagi, selesai perkara. Bahkan untuk taubat tidak perlu melakukan shalat lima waktu apalagi shalat malam, karena sudah selesai dengan sistim infak.

Bila persepsi kita terhadap aliran sesat tersebut ditimbulkan oleh gejolak sosial terhadap ketidakmampuan sistem yang ada dalam menyeleseikan masalah hidup, maka solusi yang harus diambil adalah mencari sistem yang pas, misalnya kembali kepada syari’at Islam dengan menjalankan tradisi-tradisinya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Faktor Ekternal
Selain faktor internal di atas, ada kecenderungan fihak luar untuk memecah belah ummat dari dalam. Hal ini berangkat dari argumentasi bahwa hari ini Islam—setelah komunis dijadikan sebagai momok baru atas keterancaman kemajuan Barat. Sehingga secara langsung mereka merasa berkepentingan terhadap umat Islam sendiri. Hal ini telah ada sejak zaman kolonialisme Belanda. Misalnya yang dilakukan oleh snouck Hurgronje. Dengan berpura-pura masuk Islam dan menjadi bagian dari umat Islam sendiri, Snouck mempelajari kelemahan-kelamahan uamt Islam dan mengatakan pada umat Islam Indonesia, bila Indonesia ingin maju dan modern maka Islam dan tradisi-tradisi santri harus ditinggalkan, dan segera berpaling ke Barat. Faham sebagian rakyat Indonesia tidak sedikit yang berfaham seperti ini dan populer sisebut sebagai westernisme. Atau yang dilakukan oelh Ahmadiyah pada awal kemunculannya adalah untuk melegitimasi penjajahan inggris di tanah India.

Pada masa sekarang pun muncul organisasi-oprganisasi yang jelas-jelas dibiayai oleh kaum kapitalis, mereka mempunyai misi menyebarkan faham SIPILIS (sekularisme, pluralisme dan Liberalisme). SIPILIS lebih banyak dikembangkan melalui media modern dibandingkan gerakan penyimpangan lainnya seperti Al-Qur’an suci yang face to face.

Keterlibatan Mahasiswa dalam gerakan Aliran Sesat

Sebagian besar berita mengungkapkan dijadikannya mahasiwa sebagai target korban, seperti berita hilangnya mahasiswa Poltek Padjajaran. Begitupun yang dianggap Nabi oleh komunitas Eden adalah seorang mahasiswa. Bahkan menurut laporan salah satu media masa, sebagian besar pengikut Al-Qiyadah adalah mahasiswa. Walaupun tidak ada data yang memnguatkan secara empiris, berita ini bisa jadi benar dengan beberapa alasan. Pertama karena masih labilnya emosi dalam masa transisi mahasiswa, kedua sebagian mahasiswa seringkali tertarik dengan hal-hal yang baru yang belum pernah diketahuinya, dan ketiga dengan alasan ekonomi bahwa sebagian besar mahasiswa berasal dari kalangan menengah ke atas yang bisa dimanfaatkan untuk mengeruk infak. Keempat mahasiswa bisa menjadi daya tarik masyarakat karena masih dipandang sebagai elit masyarakat.

Tetapi alasan dari argumentasi di atas bisa dibantah mengingat bila dipresentasikan secara menyeluruh, kebanyakan mahasiswa tidak terlalu peduli dengan kegiatan-kegiatan organisasi (apatis). Kemudian dari jumlah anggota yang peduli terhadap kegiatan organisasi, tidak semua anggota terlibat secara aktif (aktifis, kader). Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa keterlibatan mereka dalam pengembangan aliran sesat sangat minim. Adapun gegernya pemberitaan di media massa tidak menunjukan bahwa mahasiswa adalah faktor dominan dalam openyebaran aliran sesat sebelum dilakukan penelitian dan survey.

Bagaimanakah kita bersikap?

lembaga-lembaga dakwah kampus dan organisasi kampus merupakan media efektif untuk kampanye bahaya aliran sesat. Kampanye bisa dilakukan dalam forum-forum diskusi secara terbuka ataupun melalui focus discussion group (FGD) yang kemudian hasil diskusi bisa dikampanyekan dan disebarluaskan melalui media, baiki media cetaka (buletin, newsletter, koran kampus atau majalah) ataupun media elektronik misalnya radio kampus bahkan bila memungkinkan kajian-kajina seperti ini bisa bekerja sama dengan media televisi lokal agar jangkauan publikasinya lebih luas.

Hal yang paling memungkinkan adalah dengan sistem berantai atau menggunakan pola MLM (multu level marketing). Hal ini bisa dilakukan dengan publikasi langsung, dari teman ke teman. Bagi kawan-kawan kita yang mempunyai kesadaran akan aktifitas organisasinya, mempunyai kader yang secara kuantitas bisa diandalakan tanpa mengenyampingkan kualitasnya dalam pengetahuan keagamaan, menjadi modal tambahan agar publikasi bahaya aliran sesat efektif.

Sedangkan sikap kita terhadap kwan-kawan yang pernah dan masih mengikuti aliran sesat jangan pernah memandang sebelah mata, terlebih mengkafirkannya, ajaklah mereka dialog dengan argumentasi yang naqliyah dan aqliyah seperti dalam dianjurkan oleh Allah swt dalam surat an-Nahl ayat 125;

“ Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tetngan siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih emngetahui orang-orang yang mendapat petunuk.’


Tulisan ini disampaikan pada diskusi oleh pemilik Blog atas Undangan BEM UNISBA bersama Bapak Atian Ali M. Da'i dan Ustadz Hartono A. Jaiz

1 comment for "Mahasiswa dan Gerakan Aliran Sesat"

  1. cobmot http://sholawat-wahidiyah-miladiyah.blogspot.com/

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...