Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Festival Steak Maranggi, dari Budaya Menuju Sejahtera


Asyiiik dapat kaos keren! Tim medsos #SteakMaranggiFest
Bicara festival bukan hanya seremonial. Ia hasil pengolahan akal agar suatu tradisi bisa kekal. Ia juga merupakan upaya institusi untuk membuat sebuah tradisi menjadi budaya yang tidak mati. Seperti yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. 

Sudah berapa banyak event yang digagas oleh Bupati yang Nyunda tersebut, dari event lokal, lintas domestik, regional, nasional, bahkan tingkat ASEAN. Semua event hampir beraroma budaya. Rupanya pesta rakyat, bukan hanya untuk memopulerkan Purwakarta yang awalnya dianggap daerah mati, namun untuk menyejahterakan.
Dalam konteks komunikasi, event terkait dengan promosi yang dapat mendatangkan konsumen. Agar konsumen tertarik, acara harus dikemas dengan semenarik. Festival sebagai bagian dari pesta rakyat biasanya menarik perhatian. Jika sudah mendatangkan pengunjung, tinggal tunggu waktu untuk icip-icip atau menimbang-nimbang produk. Jika menarik, cocok, kuat dikantong maka produk tersebut segera menjadi sesuatu yang bisa mendatangkan ‘sejahtera’. Inilah salah satu kesimpulan dari obrolan bersama Bupati Nyentrik, Dedi Mulyadi. “Budaya harus berujung pada peradaban.”ujarnya yakin dan tegas.

Kata kunci ini keluar dari dari mulut Ketua KAHMI Jawa Barat saat bincang-bincang sambil makan siang di Gedung Pendopo Kabupaten Purwakarta. Makan siang dilakukan sambil berbincang santai, menjadi bagian dari persiapan dalam memeriahkan #SteakMaragnggiFest bersama Blogger dari Jakarta dan Bandung.

Bupati sangat berkepentingan untuk terus mengawal tradisi-tradisi rakyat dengan tujuan mensejahterakan masyarakatnya. Nah, apa yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi merupakan bagian dari tradisi falsafah sunda, pemimpin sunda itu falsafahnya budak angon. Di Indonesia, Budak angon memiliki tradisi nyate.

Kenapa harus Steak, bukan sate?
Salah satu Steak Maranggi yang dibuat oleh Peserta #SteakMaranggiFest
Pertanyaan ini sangat lumrah karena Purwakarta terkenal dengan Sate Maranggi-nya. Sate yang walaupun dengan tampilan biasa, jika berada di Purwakarta, menjadi sate yang luar biasa, sangat terasa wangi dan ajiip, bikin ketagihan, apalagi degan sate ‘kotaan’. Dengan popularitas satenya yang enak, justeru pemimpinnya menyelenggarakan Festival Steak, bukan sate.

Jawabannya ternyata sangat filosofis dan penuh dengan rencana. Karena Festival sebagai pesta rakyat merupakan bagian dari rencana pemerintahan yang dipimpin oleh Dedi Mulyadi untuk membudayakan masyarakat dalam beternak domba. Ia menuturkan bahwa tradisi ini harus dimulai dari sekarang jika berpikir ke masa depan. Kesejahteraanlah yang menjadi ujung pangkal dari festival ini. Harus berdampak sejahtera pada rakyat. Karena bagi kang Dedi, budaya itu harus berdampak pada kesejahteraan.

Bagi Kang Dedi, yang populer karena menjadikan tradisi sunda sebagai falsafah dalam merealisasikan program pemerintahan, pemahaman kebudayaan selama ini difahami sangat tersegmentasi dalam berkesenian yang tradisional saja. Kebudayaan selama ini tidak difahami dengan produktifitas.

Baginya, beternak itu adalah kebudayaan, karena dilihat dari sisi falsafah pemimpin sunda beternak adalah budaya budak angon. Artinya dengan menjadikan beternak sebagai kebudayaan di Purwakarta akan terjadi produktifitas, lahirlah swasembada daging. Sehingga swasembada daging menjadi keharusan bagi pemimpin sunda.

Festival Steak Maranggi menjadi bagian dari tradisi yang direalisasikan utuk menciptakan budaya budak angon tersebut. Oleh karena itu anak-anak harus diubah tradisi dan budayanya yang cenderung buruk seperti naik motor belum waktunya, nonton seharian waktunya. Konflik dengan menggunakan senjata tajam melalui kegiatan tradisi budak angon.

Dalam pandangan Dedi, dengan beternak seorang anak mulai terarah seluruh waktunya yang kosong terisi dengan produktif. Dedi, punya mimpi, saat ini ia sedang menyiapkan 2000 sawah dengan wifi gratis. Nanti anak-anak yang meggembala kambing sudah bisa produktif dengan bermain internet, bisa ngeblog. Melalui blognya dia masarin kambingnya, masarin dagingnya, masarin counter steaknya. Menurut tokoh yang pernah berbicara di hadapan tokoh dunia tersebut, Jika ingin menjangkau itu ke depan harus diciptakan budayanya.

Bicara Steak, Dedi mengakui jika itu budaya barat yang ada di Australia dan Amerika. Namun substansi dari Steak terletak pada produktifitas budak angon. Budaya budak angon di Amerika ataupun Australia punya produk, yaitu steak. Itu adalah budaya koboy. Nah, Dedi ingin menciptakan budaya budak angon yang produktif punya produk, produknya adalah Steak dan Sate Maranggi.

Kenapa demikian, karena budak angon di kita tidak memiliki kebudayaan, makanya kita harus mulai dari sekarang sehingga budak angon punya kebudayaan, punya produk. “Kita bikin nanti budak angon purwakarta ini adalah budaya steak maranggi,”tegas Dedi yakin.

Suasana Gerbang tempat pelaksanaan #SteakMaranggiFest
Melalui #SteakaragnggiFest Kang Dedi ingin mengubah citra budak angon yang caludih dan tidak memiliki budaya sehingga budak angon masa depan adalah budak angon yang dombanya ribuan, anaknya percaya diri, badannya bersih, rambutnya kelimis,  gizinya cukup, dan tentu saja gaul dengan teknologi. Melek dengan bisa memasarkan produknya melalui blog.

Sebagai bagian dari proses mengubah budaya budak angon, Kang Dedi membuat program wajib minum susu seminggu sekali dengan makan telor yang langsung disubsidi pemerintah. Dan kini sedang menggodog program makan daging 2 kilo perbulan. Sehingga ke depan budak angon itu gaul. Oleh karena itu, untuk mendukung program tersebut, masyarakat Purwakarta dituntut tidak hanya menerima apa yang diberikan pemerintah saja tetapi harus bisa menghasilkan dengan cara memelihara dan memproduksi daging sendiri.

Dedi yakin, jika budaya ini terus dipelihara maka Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, apalagi dengan didukung Sumber Daya Alam yang serba tersedia.

Melalui budaya budak angon yang produktif, maka budaya berdampak pada kondisi ekonomi. Budak angon pun menjadi sejahtea karena pada dasarnya puncak kebudayaan itu adalah kesejahteraan, terpenuhinya seluruh kebutuhan secara lahiriah dan kepuasan batiniah. Peradaban. Hal ini sudah ia lakukan sejak memimpin Purwakarta, ia secara personal selalu memberikan hadiah berupa domba kepada warga tidak mampu. Agar terbangun budaya budak angon. Jika dihitung sudah ribuan domba yang dibagikan.

Kini, program tersebut akan masuk pada APBD. 30 milyar sudah dianggarkan untuk program tahun depan dalam rangka mendorong majunya budaya budak angon. Selain memberikan bantuan bibit Domba Garwa (Domba Garut-Purwakarta), pemerintah yang dipimpinnya akan memberikan beasiswa kursus pengelolaan ternak ke Australia. Sehingga bukan hanya bisa memelihara dombanya saja yang bagus namun juga mampu menghasilkan daging domba yang baik dan berkualitas.

Oleh karena itu, bagi saya, yang menyaksikan langsung #SteakMaranggiFest dan rangkaian festival yang tidak ada habis-habisnya di Purwakarta. Dedi tidak hanya sedang menjadi Bupati Purwakarta, ia juga sedang mengarahkan masyarakatnya agar memiliki kebudayaan yang benar, kebudayaan yang menyejahterakan.

Festival Steak Maranggi
Peserta telah menghidangkan hasil kreasinya, Steak Maranggi, kepada pengunjun dan Juri.
#SteakMaranggiFest diikuti oleh 75 peserta dari SMP dan SMA se-Purwakarta, dilaksanakan hari Sabtu tanggal 5 Desember 2015. Alhamdulillah, saya diundang oleh rekan-rekan detik.com untuk menyaksikan event unik tersebut. Event yang menasional. Festival, dibuka oleh Ketua PKK Purwakarta yang juga isteri Bupati, Hj. Ine Ratna Mustika. Sambutannya terbilang egaliter karena tidak dibuat panggung khusus, hanya kursi-kursi Cheetose di pinggir jalan KK Singawinata. Sambutannya tidak tergolong formal, berinteraksi langsung dengan pengunjung untuk merangsang kreatifitasnya dalam bercita-cita tentang Steak Maranggi.

Festival dibuka dengan Tari Goyang Maranggi khas Purwakarta yang menyedot ribuan pengunjung. Saat itu jalanan KK Singawinata penuh riuh dengan pengunjung. Saat hujan turun, mereka tetap antusias mengikuti jalannya acara yang diselenggarakan hingga pukul 22.00 WIB.

Pimred DetikFood Ibu Odillia dan Ketua PKK Kab. Purwakarta Ibu Hj. Ine Ratna Mustika sedang melakukan penilaian.
Hj. Ine Ratna Mustika selaku Ketua PKK sekaligus menjadi juri lomba membuat steak yang dibuat oleh Chef remaja dengan usia SMP dan SMA. Walaupun acaranya di Purwakarta, acara ini disupport oleh Chef nasional, Chef Aiko yang sering membawakan acara kuliner di televisi nasional, juga Odellia, Pimpinan Redaksi DetikFood.

Selama acara berlangsung dan diguyur dengan hujan, pengunjung tidak surut untuk menyaksikan jalannya festival. Setiap Stand peserta selalu dipenuhi oleh pengunjung yang antusias melihat hasil karya anak-anak remaja tersebut. Para juri juga begitu bersemangat menembus hujan rintik-rintik, berjalan dari stand ke stand.

Paling luar biasa adalah hasil karya cipta dari siswa-siswa tersebut ternyata rasanya ajiiip, Steak dengan rasa rempah dan aroma sate sangat menonjol. Tentu saja ini adalah steak asli Purwakarta, Steak Maranggi.

Para pengunjungnya juga bukan hanya dari Purwakarta, ternyata tidak sedikit yang sengaja datang dari Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Seorang pengunjung yang berasal dari Bandung bahkan memberika komentar terhadap steak yang dibuat salah satu peserta dari SMK Bojong Purwakarta.

Salah satu peserta Festival Steak Maranggi, menjadi juara II. Masih SMP kelas I loh!
Steak yang saya coba juga bermacam rasa dan bentuknya, namun salah satu steak yang saya coba, dari SMP 1 Purwakarta, dengan chef-nya yang masih tergolong anak-anak, kelas 7 atau satu SMP sudah mampu membuat steak dengan rasa yang unik, bau rempahnya menonjol, dengan daging yang cukup kenyal serta rasa yang khas, enak tentunya, rasanya tertinggal di lidah. Campuran steak modern dan Sate Maranggi Purwakarta.

Tentu saja, rasa dan aroma steak tidak semua sama, bahkan ada yang bentuk dan rasanya seperti Gepuk. Saat saya konfirmasi, kok seperti gepuk, sang pemandu chef bilang, jika dagingnya direndam terlebih dahulu dengan nanas. Yang unik, tidak saya temukan saat makan steak di Bandung adalah sausnya itu loh, campuran kecap dan rempah, menghasilkan rasa yang luar biasa enak.
Semoga, festival ini menjadi jalan agar tradisi budak angon Purwakarta bisa dirintis dan dibangun sehinga benar-benar menjadi budaya yang mensejahterakan para peternaknya.***[]

4 comments for "Festival Steak Maranggi, dari Budaya Menuju Sejahtera"

  1. event budaya yg kreatif. Semoga terus diadakan di tahun2 mendatang..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah-mudahan tidak hanya pada periode Kang Dedi, tapi dilanjutkan periode kepemimpinan selanjutnya ya pak Karmin

      Delete
  2. Wah festival steak, kelihatannya seru dan pesertanya juga banyak. Pengen ikutan jadinya, ikutan incip-incip :D
    Makasih udah share :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Malam minggu kemaren, kenyang dengan steak, 5 stand dicoba. Apalagi kalo sampe 75 stand dicoba semua hehehe

      Delete

Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...