Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Atraksi Wisata Jalur Kamojang

Menikmati Hutan Kamojang Ecopark/ dok. Abah Raka
Lebaran tahun ini, saya memilih jalur alternatif Kamojang untuk mudik dan balik. Jalur ini tidak sepopuler jalur alternatif Cijapati karena jalan curamnya cukup panjang mencapai sekitar 7 km sejak keluar pasar Ibun hingga hutan Mandalawangi Kamojang. Jika dicermati sebetulnya infrastrukturnya cukup memadai, bahkan pemerintah Kabupaten Bandung membuat jalan baru agar para pelintas jalur ini bisa lebih nyaman berkendara. Begitupun saat memasuki Garut, infrastrukturnya sudah cukup baik, bahkan sudah dilengkapi dengan PJU, walaupun di beberapa tempat seperti Randu Kurung jalannya berlubang cukup parah.

Sebagai jalur alternatif, tidak semua kendaraan dapat melewati jalur Kamojang. Beberapa kendaraan, khususnya roda dua dengan kapasisitas 110-125 cc yang saya saksikan harus menurunkan penumpangnya terlebih dahulu agar kuda besinya bisa menaiki tanjakan. Jalur ini jauh lebih curam dibandingkan Cijapati. Oleh karena itu saya tidak menyarankan untuk mudik atau balik melalui jalur ini, kecuali dengan kendaraan prima dengan kapasitas mesin yang memadai serta penumpang normal. Jikapun kendaraan prima disarankan waktunya siang hari karena penerangan belum maksimal.

Kamojang Hill Bridge dan Cukang Monteng
Kamojang Hill Bridge, pintu masuk Cukang Monteng/ Abah Raka
Kamojang merupakan suatu kawasan pengeboran gas alam yang menjadi sumber pembangkit listrik di kawasan Kabupaten Bandung. Berada sekitar 45 km dari arah Bandung dan 25 km dari arah Garut. Kamojang terkenal dengan tempat wisata kawahnya sejak puluhan tahun yang lalu.

Sebagai Gunung Api yang masih termasuk kawasan Gunung Guntur, sama seperti halnya gunung Api lain, gas alamnya menjadi sumber pembangkit listerik. Terdapat dua perusahaan yang menjadi penyokong listerik Negara yaitu Pertamina Geothermal Energy dan Indonesia Power (dulu PLN Kamojang). Kamojang berada di Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung berbatasan dengan Kecamatan Samarang - Garut.

Sebagai perbatasan, jalur ini tidak sepopuler Nagreg dengan jalan cagaknya yang menjadi jalur lintas antarkabupaten bahkan menjadi jalan nasional karena menjadi jalur lintas antar provinsi. Karena kecuramannya, pekerja kedua perusahaan BUMN yang menjadi pengelola area ini lebih memilih lebih memilih membangun komplek perumahan untuk para pekerjanya di kawasan kota Garut dibandingkan kabupaten Bandung. Jalur curam tersebut berada di daerah Cukang Monteng. Maka wajar jika jalur ini tidak populer sebagai jalur alternatif. Kecuraman jalur ini seringkali memakan korban.

Sejak pemerintah Kabupaten Bandung membuka jalur baru yang memotong jalan tanjakan monteng pada tahun 2016, jalur ini menjadi popular bagi para pelintasnya. Apalagi bagi tour rider atau boseher, jalur ini cukup memanjakan mata para pelintas. Setelah menyelesaikan tanjakan sepanjang 7 km-an dari Pasar Ibun, sejak ratusan meter menuju Kamojang Hill Bridge, pengendara akan menyaksikan jembatan berwarna kuning yang gagah dan megah dengan latar pegunungan Kamojang dan Hutan Mandalawangi. Kkawasan Kamojang Hill Bridge jalannya sangat lebar untuk ukuran jalur alternatif, 3 kali lipat lebih lebar dibandingkan jalan Ibun-Kamojang. Sehingga para pengendara bisa dengan leluasa memarkirkan kendaraannya pada tempat yang cukup aman yang menjorok di pinggir jalan sebelum jembatan. Para pedagang di sekitarnya juga menyediakan tempat parkir. Dengan cat warna kuning, jembatan ini menjadi ikon baru kabupaten bandung yang megah sekaligus instagramable. Banyak para pelintas yang dengan sengaja berswafoto di jembatan ini. Kamojang Hill Bridge menjadi penghubung antara Ibun dan Cukang Monteng menuju Kamojang sebagai kawasan wisata kawah

Jalur Kamojang; dari Ikon Baru, Kawah, Eco Park hingga Resort
Jalan Kamojang, jalur asri nan eksotis/ Abah Raka
Jalur mudik atau balik alternatif Kamojang menyimpan banyak destinasi yang dapat dijadikan tujuan wisata. Mudik melalui jalur ini adalah sama dengan menikmati surga wisata Alam di wilayah perbatasan Bandung dan Garut. Sejak memasuki Kamojang Hill Bridge, pemudik bisa menikmati megahnya jembatan sambil berswafoto. Tentu saja foto-fotonya bisa diandalkan untuk diposting di media sosial apalagi bagi penganut narsisme atau sekedar latar smartphone pemudik.

Melewati jembatan, pemudik akan bersua dengan satu kawasan sejuk, Hutan Mandalawangi yang bisa dijadikan sebagai alternatif untuk beristirahat sejenak. Jika Jembatan memiliki latar gunung Kamojang yang cukup eksotis. Hutang Mandalawangi punya latar pohon pinus yang seksi. Sejak memasuki kawasan hutang lindung ini, walaupun matahari berada di atas kepala, udaranya akan tetap sejuk.

Melewati Hutan Lindung pemudik akan menemukan pipa-pipa besar sepanjang jalan menuju satu kawasan Pembangkit Listerik Tenaga Panas Bumi PT Indonesia Power Distrik Kamojang yang menjadi penyalur listrik untuk kawasan Jawa-Bali. Kawasan ini juga seringkali menjadi tempat peristirahatan sementara para pelintas. Bangunan Pembangkit Listerik juga cukup ikonik dijadikan sebagai latar foto. Pipa-pipa besar memberikan kesan tertentu, pelintas seakan berada di satu kawasan wisata yang cukup eksotis.

Di antara jalan Kamojang ini selain terdapat kawasan wisata kawah juga terdapat destinasi buatan, Desa wisata laksana. Desa Laksana sendiri merupakan wilayah terintegrasi sebagai kawasan wisata di bawah pembinaan PGE. Ada beberapa kawasan wisata yang dikembangkan dan di bawah binaan PGE, seperti tercantum pada situs ibunkamojang.com, yaitu Kawah Kamojang (Natural Tourism), Pusat Edukasi Geothermal (Geothermal Information Centre/ GIC),  Wisata Agro (Agro Tourism), Wisata Budaya, Wisata Air, dan terakhir masuk kawasan Legok Pulus Kabupaten Garut, Wisata Edukasi Penangkaran Elang.

Berseberangan dengan area kawah adalah destinasi baru yang masih sedang dikembangkan. Berada di area Danau Pangkalan. Menurut pengelola, Danau Pangkalan yang sudah mengering dan berubah fungsi menjadi kebun tersebut akan dinormalisasi oleh pemerintah. Saya masih ingat, waktu kecil jika ada tetangga yang mengajak ke Kamojang sering menyebutnya Pangkalan, mungkin danau ini yang dimaksud. Setiap kali menyebut Kamojang yang disebut adalah Pangkalan.

Sejak memasuki kawasan pembangkit listerik selain cuacanya sejuk, lingkungannya pun cukup asri. Pengunjung bisa menikmati cuaca sejuk sepanjang hari walaupun matahari sedang tepat berada di atas kepala. Jalan berhotmix tanpa lubang, rumput-rumput liar terpotong rapi. Di komplek ini juga menjadi pusat wisata berbasis pembibitan atau agrowisata dan ramah lingkungan. Terdapat rumah makan yang khusus menyediakan berbagai masakan dari jamur. Jika pengunjung lelah bisa beristirahat di Mesjid komplek yang menyediakan tempat parkir cukup luas. Di ujung komplek, pohon pinus mengantarkan pengendara meninggalkan kawasan Kabupaten Bandung menuju Garut diiringan semerbak wangi getah pinus. Suasananya persis seperti puncak. Menjelang sore, kawasan ini berkabut, menjelang pagi dinginnya tidak ketulungan.

Negeri di Atas awan, latar gunung Papandayan saat memasuki wil. Garut/ Abah Raka
Memasuki wilayah Garut, wisatawan akan bertemu dengan kawasan Kamojang Eco Park, sebuah tempat wisata yang berada di pegunungan. Sama halnya dengan puncak bintang di kawasan Cimenyan Bandung, kawasan wisata yang baru dibuka sekitar 4 bulan lalu tersebut mengandalkan hutan pinus sebagai destinasi utama. Dengan kontur pegunungan, salah satu spot yang menjadi andalah adalah coloseum di tengah pohon pinus. Spot foto dengan pemandangan bukit dan lembah menambah pesona Ecopark Kamojang layaknya berada di Tebing Keraton.

Pemudik juga akan menemukan satu kawasan penangkaran Elang di daerah Legok Pulus. Menurut pengelolanya, penangkaran tersebut merupakan satu-satunya pusat penangkaran Elang di Indonesia. Dari 75 jenis Elang yang ada di Dunia 70 persennya ada di Indonesia. Di pusat penangkaran Elang ini pengunjung bisa menikmati gagahnya Elang Jawa yang menjadi inspirasi symbol Negara Indonesia, Garuda. Selain penangkaran Elang yang akan dilepasbiakkan ke alam liar di Hutan Lindung Kamojang. Wisata edukasi ini juga menjadi penampungan dan penyembuhan Elang yang awalnya dimiliki oleh warga untuk kemudian dilepaskan kembali. Area ini tepat berada di sebuah lembah yang dikeliling oleh bukit-bukit hutan konservasi dan arboretum.

Memasuki area Legok Pulus, pemudik akan menyaksikan padang rumput yang cukup luas. Ini merupakan akar wangi yang menjadi produk andalan masyarakat sekitar yang hasilnya di ekspor ke luar negeri. Di wilayah ini terdapat juga Arboretum, sebuah kawasan yang menjadi tempat vegetasi sungai Cimanuk. Area ini memiliki koleksi 200 jenis pohon dengan jumlah 8000-an pohon. Di Kebun akar wangi, pemudik bisa menikmati hamparan rumput yang sudah mulai menguning. Kawasan sejuk ini bisa memberikan therapy alami bagi pemudik yang kelelahan. Latar rumput yang tinggi bahkan menjadi sasaran beberapa pengendara yang hendak mengabadikan gambarnya. Melalui bidikan kamera DSLR rumput-rumput tersebut dapat memberikan efek bokeh yang cantik.

Atraksi alam tidak berhenti sampai Legok Pulus, memasuki kawasan Situ Hapa terdapat sebuah resto yang menawarkan atraksi alam yang tidak kalah cantiknya, yaitu Kebun Mawar. Hamparan bunga mawar menyuguhkan atraksi taman bunga yang asri nan sejuk. Selain bisa berswafoto atau groupy, kebun ini menyuguhkan rupa makanan bagi pemudik yang sudah kelelahan dan butuh asupan gizi. Ya, Kebun Mawar adalah rumah makan berkonsep taman bunga. Di Kebun Mawar, pengunjung bisa berwisata ria sekaligus mengisi perut yang sudah keroncongan.

Memasuki kawasan Samarang, selain atraksi Gunung Papandayan dan Cikurai, kawasan ini menawarkan suguhan Danau yang dapat dijadikan sebagai tempat peristirahatan. Dua kawasan yang tidak kalah sejuknya tersebut bisa dinikmati pengunjung sambil naik perahu kala menikmati alam sekitar, dua tempat tersebut adalah Resort Sampireun yang sudah sering menjadi langganan untuk shooting sinetron, ceramah TV, atau pembuatan video klip, ada juga Green & Resort Kamojang. Keduanya merupakan resort berbasis danau sebagai atraksi utama alamnya.

Pada kawasan ini juga ada satu rumah makan Sunda berkonsep saung di tengah sawah, Rumah Makan Sunda Mulih Ka Desa. Makan di Resto ini pengunjung akan benar-benar makan di area persawahan, jika kebetulan di sawah juga terdapat kerbau yang sedang membajak. Resto ini juga menawarkan penginapan. Bagi warga kota, sensasi menginap di area persawahan ataupun danau akan memberikan sensasi alami yang akan membersihkan toksit-toksit rutinitas kegiatan di kota.

Tentu saja semua atraksi alam dan juga destinasi buatan tersebut tidak bisa dinikmati sekali jalan. Namun setidaknya dapat dinikmati sambil lalu dan jika betul-betul ingin menikmati bisa mengunjungi salah satunya. Mudik melalui jalur ini para pemudik benar-benar dimanjakan oleh atraksi alam yang cantik sekaligus seksi. Cuaca sejuknya akan terasa hingga sanubari. 

Menikmati Atraksi Kawah Kamojang
Area Kawah Kareta Api, bersih dan asri/ Abah Raka
Destinasi utama wisata Kamojang adalah Kawah yang sudah sejak lama menjadi kawasan favorit masyarakat Bandung-Garut dan sekitarnya. Wisatawan akan disuguhi oleh atraksi berbagai jenis nama kawah. Saat memasuki area, pengunjung akan disambut oleh kawah yang lebih menyerupai Kolam. Memiliki nama Manuk, konon kolam kawah ini sering mengeluarkan suara seperti burung. Sayang saat berkunjung suara tersebut tidak saya dengar. Kawah ini tepat berada di area sebelum masuk gapura Kawah Kamojang.

Dengan Retribusi Rp5.000,00 pada hari biasa dan Rp7.500,00 per orangnya pada hari libur, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alami, asri, sekaligus bersih. Area ini rupanya telah berbenah dari wajah lama yang apa adanya. Jalan setapak kini sudah dipasangi paving block. Sepanjang jalan kiri dan kanan pohon-pohon hijau rindang mengiringi pengunjung. Area Parkir cukup luas dan nyaman dikelilingi dengan warung-warung yang menyediakan berbagai cemilan khas tempat wisata.

Memasuki jalan setapak yang sudah di-floor dengan rumput-rumput rapih bersih di sekitarnya, dari jauh terdengar suara uap kereta api. Suara tersebut berasal dari sebuah kawah yang menyemburkan gas alam, dengan suaranya tersebut maka kawahnya diberi nama Kawah Kereta Api. Suara dihasilkan dari semburan gas yang cukup kencang yang dipasangi pipa. Area kawah ini menjadi salah satu kawah favorit karena paling atraktif di samping ada penduduk setempat yang sering mengatraksikan dengan melemparkan gulungan kertas atau plastik ke tengah-tengah semburan. Kawah ini sering menjadi objek foto para pengunjung.

Berbeda dengan 10-20 tahun yang lalu, selain bersih, area sekitar juga ditanami dengan tanaman rumput yang nyaman untuk sekedar duduk dan bercengkerama. Seberang rumput yang bersih dan rapi tampak berjejer beberapa gazebo sebagai tempat beristirahat sejenak.

Saat pertama kali berkunjung belasan tahun lalu, di area ini terdapat kawah kendang, karena kawah tersebut mengeluarkan suara seperti kendang. Suara tersebut berasal dari gelembung-gelembung lumpur yang pecah tertiup oleh gas alam dari dalam perut bumi.  Dulu juga terdapat pemandian umum untuk pengunjung, karena airnya yang mengandung blerang diyakini dapat menyembuhkan penyakit korengan. Sayang sekali saat berkunjung lebaran tahun ini, kawah tersebut tidak saya temukan.

Kawah lain yang cukup atraktif adalah kawah hujan. Area kawah ini lebih menyerupai area air terjun. Batu-batu dan aliran alirnya persis seperti di sungai yang yang airnya telah menyusut. Kawah ini menyemburkan air dalam bentuk persis seperti air hujan dari dalam kawah yang hampir dipenuhi oleh batu. Wajar disebut dengan kawah hujan. Selain hujan, berada di area ini, pengunjung sekaligus mandi uap kawah yang diyakini dapat menyembuhkan korengan. Dengan mandi uap atau terlibat dalam atraksi kawah kereta, menjadi bagian agar wisata kawah dapat dinikmati.***[Abah Raka]

2 comments for "Atraksi Wisata Jalur Kamojang"

Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...