Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ali Syariati; Sosok Aktifis Idealis

“Seorang intelektual tercerahkan adalah ia dengan tangan yang sama menuliskan ayat-ayat suci dari langit serta terbenam dalam genangan lumpur dan mengayunkan kayu untuk menyuburkan tanah yang kering, ia berdiri tegak memperjuangkan ayat-ayat Allah dan hak-hak masyarakat”. (Ali Syari’ati)


Beberapa waktu lalu ada sebuah tulisan tentang ‘Makna Haji Menurut Ali Syari’ati’, yang ditulis oleh salah seorang kompasianer, merasa memiliki apresiasi yang sama terhadap Ali Syariati, saya pun mencari-cari data dalam computer tentang Ali Syari’ati yang pernah saya tulis sebelumnya namun belum pernah dipostkan di blog manapun. Walaupun penulis sudah memberikan link tentang riwayat hidup Ali Syariati, namun dengan apologi ‘membaca adalah persfektif dan tak ada persfektif tanpa menuliskannya kembali’, saya pun memberanikan diri untuk mengepostkannya. Dengan harapan dapat sharing bersama kompasianer lainnya yang gandrung terhadap dunia pemikiran dan perubahan-menjadi manusia tercerahkan sesuai dengan jargon Ali Syari’ati. Namun tentu saja alasan yang paling menonjol bukan semata-mata berlajar menulis, namun karena di dalam diri Ali Syariati ada semangat yang dapat kita tiru, SEMANGAT MENULIS, menggerakan orang dengan MENULIS.


Diantara kita barangkali ada yang belum mengenal sosok Ali Syari’ati, siapakah sebetulnya Ali Syari’ati? dan apa gunanya juga mengenal sosok Syari’ati?. Bagi teman kita yang gandrung terhadap pemikiran (Islam) khususnya, barangkali tidak ada yang asing dengan sosok Ali Syari’ati, ia adalah salah satu arsitek intelektual Revolusi Islam Iran yang mampu menggerakan para pemuda dan kaum buruh untuk bergerak melakukan perlawanan terhadap rezim pemerintahan saat itu. Dalam litertur tentang revolusi Islam Iran, Ali Syariati tidak disebut-sebut, yang muncul ke permukaan adalah Ruhullah Ali Khomeini, pemimpin spiritual dan sekaligus pemimpin tertinggi Iran dan beberapa Intelektual seperti Murthadha Muthari yang berada di barisan para ulama juga Sayeed Hosein Nashr. Sedangkan Kenapa Ali Syariati tidak disebut-sebut? Inilah salah satu permasalahannya. Ali Syariati tidak berada dalam barisan ulama, ia berada di barisan para intelektual dan menggerakan kampus-kampus di Mashad. Bahkan ia menjadi salah satu orang yang membenci ulama karena konspirasinya dengan rezim Pahlevi sehingga dibenci oleh sebagian ulama. Padahal dalam biografinya Ali Syariati adalah orang yang dicari-cari oleh intelijen Iran saat itu, dan pada akhirnya berhasil dibunuh, karena selain menggerakan mahasiswa di Iran, ia juga menggerakan mahasiswa Iran yang berada di Eropa khususnya yang berada di Prancis. Dengan Tulisan serta gerakan politiknya Ali Syariati dituduh sebagai otak utama dalam gerakan menentang pemerintah hingga akhirnya dia dibunuh oleh Moshad-agen rahasia Iran saat itu.

Kelahiran
Jhon L. Esposito dalam The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic Word, seperti dikutif oleh Malaky, menyatakan bahwa sulit menentukan biografi intelektual Syariati yang otoritatifif. Banyak sisi kehidupan Syari’ati yang tetap tersembunyi. Salah satu buku yang cukup lengkap perihal Syari’ati dikarang oleh Ali Rahnema berjudul ‘An Islamic Utopian A political Biografhy of Ali Syari’ati’ atau dalam versi terjemahannya ‘Biografi Politik Ali Syariati.
Syari’ati dilahirkan pada tahun1933 di kota Mazinan, sebuah desa kecil dan tradisional di pinggiran Gurun Pasir Kavir dekat Mashad bagian dari kota Sabzevar, Propinsi Khorasan Iran. Ali Syari’ati merupakan anak pertama dari pasangan Muhammad Taqi Syariati dan Zahra. Kelahirannya bertepatan dengan periode ketika ayahnya menyelesaikan studi keagamaan dasarnya dan mulai mengajar di sebuah Sekolah Dasar Syerafat. Sya’riati lahir dari keluarga terhormat dan ta’at beragama, suka membantu masyarakat dan zuhud. Dalam keluarga ini ritual keagamaan ditunaikan secara seksama.

Pendidikan
Menurut Ali Rahnema, Syariati mulai membentuk mentalitas, kepribadian dan jati dirinya lewat peran seorang ayahnya yang menjadi guru dalam arti sesungguhnya dan dalam arti spiritual. Syari’ati kecil mulai belajar menimba ilmu pendidikan dasarnya di Masyhad, yaitu Sekolah Dasar Ibn Yamin, tempat ayahnya mengajar. Selama pendidikan dasarnya ini Syari’ati termasuk orang yang tidak terlalu memperhatikan pelajaran seolahnya. Ia lebih senang membaca buku-buku yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekolah. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan milik ayahnya hingga menjelang pagi. Hal ini ia lakukan bersama ayahnya. Kendati demikian ia selalu mengikuti ujian dan selalu naik kelas pada setiap tahunnya.
Seperti dikutif Rakhmat:

“Ayahku telah membentuk dimensi pertama dari jiwaku. Dialah yang pertama mengajarkan kepadaku seni berfikir dan seni memanusia. Segera setelah ibuku menyapihku, ia memberikan padaku kelezatan kebebasan, kemuliaan, kesucian, keteguhan, keimanan, kebersihan ruhani dan kebebasan hati. Dialah yang memperkenalkan aku kepada sahabat-sahabatnya-buku-bukunya. Buku-buku itu telah menjadi sahabatku dan abadi sejak tahun-tahun pertama masa sekolahku. Aku tumbuh dan berkembang di perpustakaanya, yang baginya adalah seluruh kehidupan dan keluarganya. Banyak sekali hal yang seharusnya aku pelajari pada waktu dewasa dan dengan waktu yang lama serta perjuangan yang panjang, telah diberikan oleh ayahku, sebagai hadiah dimasa kecilku, secara sederhana dan spontan. Sekarang perpustakaan ayahku menjadi dunia yang penuh kenangan berharga bagiku. Masih dapat kuingat setiap bukunya, bahkan sampai bentuk jilidnya.

Ayahnya, Sayyid Muhammad Taqi Syariati adalah seorang guru dan mujahid besar pendiri Markaz Nasyr ar-Haqa’iq al-Islamiyah (Pusat Penyebaran Kebenaran-kebenaran Islam) di Masyhad. Sekaligus salah seorang dari putera-putera pergerakan pemikiran Islam di Iran. Sepanjang empat puluh tahun, Dia telah memberikan pengabdian yang amat berharga kepada dakwah dan pencerdasan pemikiran logis ilmiah Islam dalam bentuk yang seirama dengan kemajuan zaman. Taqi Syariati adalah orang yang berada di barisan paling depan dari kalangan orang-orang yang bergiat dalam mencerdaskan para pemuda alumni pendidikan tinggi agar mereka mengoreksi konsep-konsep Barat yang sesat dan materialisme yang kosong, untuk kemudian berpegang teguh pada Islam yang memancarkan cahaya yang memerangi kehidupan. Syariati banyak menyerap pancaran pribadi ayahnya yang dianggap sebagai pembaharu dan pengabdi ilmu. Kebanggaan dan kekaguman Syariati terhadap sosok sang ayah pun akhirnya mengantarkan pemikirannya sampai pada kesimpulan bahwa ayahnya adalah seorang mujaddid, pembuat bid’ah yang menyimpang dari tradisi lama yang berkembang dalam masyarakat. Syariati dibesarkan dalam tradisi seperti itu.

Begitu besar peranan sang ayah dalam mempengaruhi kecerdasan dan kecendikiawanan Syari’ati. Lewat ayahnya ia diajak untuk memasuki wawasan dan pandangan-pandangan dunia secara dewasa, menelaah beragam literatur yang secara bebas ia dapatkan di perpustakaan pribadi ayahnya. Perilakunya cenderung menyendiri dan perkembangan pendidikannya di rumah membuat Syari’ati lebih mandiri di tengah masyarakat. Hal ini kemudian melahirkan kebanggaan tersendiri yang mendalam bagi dirinya.

Syari’ati tidak hanya menimba ilmu dari sang ayah, ia juga banyak belajar dari kakeknya yang juga seorang faqih dan filosof serta dari pamannya. Syari’ati mewarisi peninggalan tradisi keilmuan dan kemanusiaan kakek-kakeknya. Syari’ati belajar banyak hal dari kehidupan kakek-kakenya yang suci, terutama pilsafat mempertahankan jati diri manusia pada masa ketika segala macam kefasikan dan dekadensi merajalela, yang membuat seseorang sulit mempertahankannya saat dia hidup pada zaman yang kebutuhan kita terhadap jihad hari ini jauh lebih mendesak ketimbang masa-masa lalu.

Selain pendidikan kehidupan dan agamanya yang didapatkan langsung dari orang tua dan warisan keluarganya, Syari’ati pun menempuh sekolah formalnya di Sekolah Dasar Ibn-e Yasin Sekolah menengah pertama Firdowsi di Masyhad. Selama menempuh pendidikannya ini Syariati belajar dua bahasa sekaligus, Bahasa arab dan Bahasa prancis. Mempunyai bakat alamiah terhadap pengajaran, Syariati masuk Institute Pelatihan Guru di Masyhad, dan setelah dua tahun ia mendapat sertifikat sebagai seorang instruktur. Dalam Usia muda-delapan belas tahun, Syariati memulai karirnya sebagai seorang guru di sebuah desa. Syariati melanjutkan studinya tahun 1960 di Universitas Mashad hingga mendapat gelar B.A.. Haus akan ilmu membuatnya tidak puas akan pengetahuan, sehingga mendorongnya menjadi yang terbaik ketika Dia mendapat rekomendasi dan beasiswa ke Universitas Sorbonn Paris. Setelah lima tahun tinggal di Paris merupakan masa pembentukan dan periode genting terhadap perluasan dan pendalamannya terhadap pemikiran dan kehidupan sosialnya akan visi dan masa depan. Pembawaan kemampuannya disandingkan dengan kajian berbagai ide para pilosof modern dan para penulis sehebat gabungan pribadinya dengan beberapa dari mereka menginsfirasi Ali untuk memikirkan dirinya dan membangun pemikirannya yang segar orisinil. Pada tahun 1965, dia mendapat gelar doktor dalam sosiologi dan sejarah agama. Dia mengaplikasikan pengetahuannya untuk menganalisis gambaran sosial politik rakyat dan negaranya serta diajukan sebagai sebuah kursus pilihan.

Peran, Aktivitas dan Karya
Ketika Syariati menjadi mahasiswa Fakultas Sastra di Mashad, Ia sudah terlibat dalam aktivitas politik dengan menggabungkan diri bersama kelompok pro-Mossadeq, oposisi rezim penguasa serta di bawah NRM (National Revolution Movement) Cabang Masyhad, ia melancarkan gerakan oposisinya melawan rezim. Ia pun aktif dalam gerakan rakyat dan nasionalis untuk nasionalisasi industri minyak Iran. Di Perancis ia pun bergelut dalam aktivitas politik, bersama Mustafa Chamran dan Ibrahim Yazdi mendirikan gerakan Kebebasan Iran dan turut serta dalam pembebasan rakyat Aljazair.

Selain sibuk menggeluti dunia pemikiran dan aktivitas politiknya, ia pun menjadi penyunting dua jurnal Persia serta menerjemahkan beragam buku. Di antara buku-buku yang berhasil ia terjemahkan ialah: Niyashesh (”La Piere”) karya Alexis Carrel, Be Koja Takiye Kunin?(Apa yang menjadi Dukungan Kita ?) (1961), Guerrilla Warfare karya Guevara, What is Poetry? Karya Sartre, dan The Wretched of the Earth karya Frantz Fanon.

Sekembalinya dari Paris, ia dipenjarakan karena aktivitas politiknya di luar negeri dan setelah bebas ia memulai aktivitas mengajarnya di beberapa perguruan tinggi dan beberapa tahun kemudian ditempatkan di Universitas Masyhad. Ia langsung mengabdikan diri untuk membina angkatan muda. Karena metoda mengajarnya yang bebas serta provokatif, akhirnya Syariati diberhentikan.

Setelah Syari’ati pensiun dari mengajar tahun 1969, Syariati mengkonsentrasikan aktivitasnya di lembaga pendidikan Husyainiah. lembaga yang didirikan bersama Murtadha Muthahari dan Sayyed Hosein Nasr. Kegiatannya mencakup riset, pendidikan, dakwah dan distribusi logistik untuk keperluan profaganda Islam. Di lembaga inilah ide-ide segar Syariati mengalir untuk menentang rezim Syah Pahlevi dan karena kegiatannya lembaga inipun ditutup.

Selama dalam proses penyemaian ide-idenya, ceramah-ceramah Syariati banyak digemari kalangan muda berpendidikan hingga ke pelosok negeri. Dari kumpulan ceramah ini jadilah dalam bentuk kumpulan tulisan (buku). Selain hasil kumpulan ceramah, syariati pun mengarang buku demi keperluan jihad intelektualnya. Karya-karya tersebut adalah;
1. A Glance at Tomorrow’s History, 1985, p.24.
2. An Approach to Understanding of Islam , Trans, Venus Kaivantash (The Shariati, Foundation, and Hamdami Publishers, Tehran, 1979).
3. And Once again Abu Dhar, 1985, p, 75.
4. Art Awaiting The Saviour , Trans, Homa Farjadi (Shariati Foundation and Hamdami Publishers, Tehran 1979).
5. Capitalism Wakes UP?!, Trans Mahmoud Mogscni, (The Ministry of Islamic Guidance, Tehran, 1981).
6. Civilization and modernization, (Aligarh, Iranian Students Islamic Association, 1979).
7. Culture an Ideology, 1980, p.23.
8. Fatima is Fatima, Trans, Laleh Bakhtiar (Shariati Foundation and Hamdami Publishers, Tehran, 1980).
9. From Where Shall we Begin and Machine in the Captivity of Machinism, 1980, p.52.
10. Islamic View of Man, Trans, Ali Behzadnia and Najla Denny.
11. Man and Islam, Trans, Ghulam M.Fayez (University of Mashhad Press, Mashad, Jahad Publications, 1982).
12. Martyrdom, Arise and Bear Witness, Trans, Ali Asghar Ghassemy (Ministy of Islamic Gudance, Tehran, 1981).
13. Marxism and Other Western Fallacies: An Islamic Critique, Tran’s, R. Campbell (Berkely, Mizan Press, 1981).
14. One Followed By An Eternity of Zeros , Trans, Ali Asghar Ghassemy (The Hosseiniyeh Ershad and the Hamdami Publishers, Tehran, 1979).
15. On The Sociology of Islam, Trans”, Hamid Algar (Berkely, Mizan Press, 1979).
16. Red shiism, Trans, Habib Shirazi (The shariati Foundation and Hamdami Publishers, Tehran, 1979).
17. Retlection of A Concerned Muslim on The Plight of Oppressed Peoples, Trans” , Ali Behzadnia and Najla Denny.
18. Selection and of Election, Trans, Ali Asghar Ghassemy (The Hosseniyeh Ershad and Hamdami Publishers, Tehran, 1979).
19. The Visage of Mohammed, ‘Trans, A. A. Sachadin (Nor. Oqalam Publications, Lahore, 1983).
20. Ye Brother, That’s The Way it Was, Trans, Nader Assaf (Shariati Foundations and Hamdami Publishers, Tehran, 1979).
21. Awaiting the Religion of Protest Translated by: Shahyar Saadat.
22. What is to be done? Edited & Anotated by: Farhang Rajaee/ Forword by: John L. Esposito.
23. Hajj, trans, S.M.Farough, (Islamic faundation, India, 1989)
24. A Message to the Enlightened Thinkers
25. Extraction and Refinement of Cultural Resources
26.

Karena dianggap memukau, karyanya tidak hanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, tapi juga German, Prancis, Latin dan lain-lain. Sebagian karya di atas sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam terjemahan Indonesia, beberapa karyanya menjadi satu buku, misalnya The Vissage of Muhammad menjadi satu buku dengan On The Sociology of Islam. Ada pula hasil kreatifitas pemikir Indonesia, makalah-makalahnya yang berserakan dijadikan satu buku, seperti apa yang dilakukan oleh Afif Muhammad menjadi satu buku yang utuh diberi judul Islam Pemikiran Madzhab dan Aksi. Dalam Jilid ‘Islam Agama protes’ merupakan kumpulan terjemahan dari ; A Glance At Tomorrow’s History, Awaiting The Religion of Protest dan An Aproach to The Understanding of Islam. Atau misalnya dari Jilid Paradigma Kaum Tertindas merupakan kumpulan dari terjemahan; On the Sociology of Islam dan The Visage of Muhammad.

Pengaruh terhadap ummat Islam Dunia
Syariati bukan hanya arsitek Iran Modern, Ia juga seorang guru, Pendakwah, pejuang yang berbeda dari yang lain beberapa intelektual menyebutnya sebagai seorang ideolog, halnya disebutkan oleh Azzumardi Azra, “selain seorang Ideolog Syi’ah, Publik Speaker ( penceramah umum) ia juga seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik, ia adalah seorang pemikir Islam Revolusioner dan Progresif.”
Dengan berbagai atribut yang disandangnya, Gagasan Islam Syariati tidak hanya berpengaruh pada level Nasional Iran, tetapi menyebar ke seluruh pelosok dunia Barat dan Timur, tak terkecuali Indonesia. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Amin Rais juga oleh John L. Esposito,:

” Makna penting Syariati tidak hanya terbatas bagi Iran saja, sebab ia adalah salah satu contoh dari suatu generasi baru kaum intelektual dan aktivis politik berorientasi Islam yang hidup di hampir seluruh dunia Muslim masa kini. Ali Syariati sudah menjadi tokoh Islam internasional yang gagasan-gagasan dan tulisan-tulisannya ditelaah, diperdebatkan, dan diperbandingkan jauh di luar batas-batas negeri Iran.. Tahun 1970-an membawa perubahan-perubahan besar dalam dunia muslim. Dari Sudan sampai Sumatera, agar timbul kembali sebagai faktor penting dalam dunia politik muslim”.

Di Indonesia, walaupun mayoritas penduduknya bermadzhab Sunni yang jelas-jelas berbeda corak dengan Syariati yang bermadzhab Syi’ah, tetapi sebagian intelektual Muslim sudah mengenal pemikirannya lewat penerjemahan buku-bukunya sejak akhir tahun 1970-an. Di Tahun 1980 bersamaan dengan penerjemahan dan kajian-kajian tentang Syari’ati, muncul kelompok “Kiri Islam”, baik dari LSM maupun aktivis Islam seperti HMI, MPO, Masjid Salman ITB dan Masjid Shalahuddin Yogyakarta. Pemikiran dan penafsirannya tentang agama, yang dekat dan berfihak pada rakyat kecil demi keadilan, dan kemudian diwujudkan dalam tindakan kongkrit agaknya masih relevan dengan kondisi Indonesia yang rakyatnya masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan.

Harus diakui bahwa yang paling banyak mendapatkan perhatian ialah tulisan-tulisan sosiologis Ali Syariati, yang hampir sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti ditulis oleh Kuntowijoyo. Kebanyakan kaum muda menjadi pendukung aktif dari pikiran-pikiran Islam radikal Ali Syariati. Para aktivis pemuda dari kelompok yang membela hak-hak petani di beberapa tempat diilhami oleh cita-cita pembebasan Ali Syariati, yang berarti aktivisme sosial dan advokasi mereka pada kaum tertindas masih lebih dikerangkai oleh nilai dan norma Islam. Kalau Syariati tidak dikenal tentu mereka akan pergi kepada marxisme untuk berguru tentang praxis.


Disarikan dari berbagai sumber dan tulisan-tulisan Ali Syariati versi terjemahan, www. shariati.com serta buku biografinya ‘An Islamic Utopian A political Biografhy of Ali Syari’ati’ karangan Ali Rahnema.

Post a Comment for "Ali Syariati; Sosok Aktifis Idealis"