Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dunia Memang sudah Gila

Di tengah kehidupan peradaban manusia modern yang begitu mengagung-agungkan rasionalitas, tampaknya sang hidup tidak konsisten terhadap komitmennya pada penempatanya terhadap rasio. Kita lihat dunia hantu, yang tidak rasional dalam ukuran rasio, menjadi makanan yang menarik bagi media televisi. Begitu gencarnya semua stasiun TV ingin menunjukan dengan propaganda dan triknya masing-masing bahwa ‘dunia lain’ adalah sesuatu hal yang nyata. Hal yang dianggap tabu dan dilarang adalah sesuatu hal yang harus dilanggar untuk membuktikan bahwa dunia lain itu benar-benar ada dan nyata.

Di tengah kehidupan peradaban manusia modern yang begitu mengagung-agungkan rasionalitas, tampaknya sang hidup tidak konsisten terhadap komitmennya pada penempatanya terhadap rasio. Kita lihat dunia hantu, yang tidak rasional dalam ukuran rasio, menjadi makanan yang menarik bagi media televisi. Begitu gencarnya semua stasiun TV ingin menunjukan dengan propaganda dan triknya masing-masing bahwa ‘dunia lain’ adalah sesuatu hal yang nyata. Hal yang dianggap tabu dan dilarang adalah sesuatu hal yang harus dilanggar untuk membuktikan bahwa dunia lain itu benar-benar ada dan nyata.

Deskripsi di atas digambarkan oleh Cahavchay selaku pengarang dalam karya perdananya; PAYUDARA. Payudara adalah salah satu tokoh dalam novel yang ditulis chavchay. Chavchay menceritakan bahwa batas-batas kegaiban kini sudah kabur, hal ini diceritakannya dengan adanya perkawinan antara syetan dan manusia. Kalau dunia televisi hanya ingin mengungkap sesuatu hal yang tidak tampak tapi nyata. Novel ini sudah melewati batas normal pikiran manusia. Itu sebagai gambaran dunia yang ada, yang memang sudah tercerabut dari nilai-nilai seharusnya. Korupsi dan kejahatan sosial semakin merajalela di tengah kebangkitan peradaban, seolah tidak ada lagi nilai yang menuntunnya..

Sebagai seorang sarjana pilsafat, Chavchay menggunakan sentuhan-sentuhan pilsafat dalam karyanya ini. Sehingga tidak jarang ketika membaca akan banyak ditemukan peristiwa-peristiwa yang mengundang aktivitas berpikir, dan kadang sulit untuk dicerna. Novel ini jauh melewati batas-batas eksistensialisme, fenomenologi, nihilisme, psikoanalisis dan cinta.

Karya ini menempatkan seorang Gila sebagai tokoh sentralnya bernama Sakti bersama seorang dokter jiwa bernama Payudara. Walaupun tokoh yang berperan dalam cerita ini hanya Sakti dan Payudara, tapi di awal cerita akan ditemukan tokoh-tokoh lain yang seolah menjadi tokoh cerita. Sebut saja Bayu yang menjadi sahabat karib Sakti, yang kemudian akhirnya gila juga.

Diawali oleh Sakti yang begitu kesulitan dalam menulis sepucuk surat cinta untuk Sang dokter jiwa (hal 18), sehingga menimbulkan imajinasi yang amat sangat dengan munculnya tokoh Bayu. Bayu tidak lain adalah tokoh rekaan yang berada dalam bayang-banyang Sakti. Tapi Akhirnya Bayu adalah tokoh yang menjadi hidup di hadapan Sakti. Bayu adalah Sakti Sendiri yang merupakan jelmaan alam bawah sadarnya.
Payudara pun yang menjadi imajinasinya, yang tidak lain adalah dokter jiwanya sendiri seolah menjadi nyata, dihadapannya. Ia hadir untuk menagih surat cintanya (hal 43). Payudara hadir dan tenggelam di hadapannya, ia menjadi lukisan dinding yang bisa berbicara dengannya.

Pada cerita selanjutnya muncul tokoh Pak Kubri. Ia adalah penjaga kuburan yang tak pernah sekolah, tetapi pembicaraannya begitu pilosofis, bahkan melampaui batas-batas pilsafat (hal.61-77). Dihadapan Bayu ia menjadi tokoh yang sangat hidup. Bayu banyak berdialog tentang takdir dan eksistensi manusia dengan tokoh Kubri. Kubri lebih senang disebut dirinya gila, karena menurut dia dunia memang sudah gila dan kacau.

Cerita kegilaan dimulai, ketika Bayu bertemu syetan-syetan, yang hendak membunuh Bayu sebagai manusia. Alasan Syetan ingin membunuh Bayu karena Syetan-syetan itu menganggap eksistensinya selalu menjadi sasaran kesalahan manusia. Bayu yang saat itu tidak bisa lari dari kuburan kena getahnya. Bayu dituduh oleh Syetan-syetan itu sebagai biang keladi pembohongan publik, karena banyak membuat orang gila dengan sejumlah teori-teorinya tentang kejiwaan. Bahkan Bayu dituduh telah membunuh orang gila yang dijadikan gila oleh Bayu sendiri. Syetan-syetan itu hendak menyerang, tapi untung ada syetan yang baik hati. Ia adalah syetan perempuan yang sangat cantik.

Dengan berbagai argumentasinya Syetan perempuan cantik itu menyelamatkan Bayu, Syetan perempuan itu bernama Isabela. Karena merasa telah diselamatkan oleh Syetan perempuan tadi, akhirnya Bayu menikahinya, walaupun tidak mencintainya. Pernikahan pun disaksikan oleh ummat syetan dan ummat Manusia, yang dipimpin oleh preman pasar yang bernama Martin.. Jadilah Syetan setengah manusia dan Manusia setengah syetan. Perkawinan Syetan Manusia ini menjadi awal revolusi kebudayaan yang dipimpin oleh preman pasar. Bahkan dari revolusi kebudayaan ini, Sang pemimpin; Martin akhirnya menjadi Presiden. Karena Presiden sebelumnya telah digulingkan melalui Revolusi kebudayaan. Negara baru tersebut dipimpin oleh perwakilan dari ummat manusia yang diwakili oleh Martin, Sang preman pasar dan ummat syetan yang diwakili oleh Joglo, yang pada saat itu sama sekali menjadi pengalaman pertama bagi joglo untuk menjadi pemimpin.. Kedua pemimpin tersebutpun memberikan nama baru untuk negara yang baru dipimpinnya, yaitu SAIBA. SAIBA Kepanjangan dari Sakti Isabela dan Bayu..(hal 85-162)

Pada cerita selanjutnya (sebelas), chavchay menceritakan tentang pergulatan batin cinta, karena ternyata Sakti yang telah menjadi saksi pernikahan Isabela sebagai syetan dan Bayu sebagai manusia, justru mencintai Isabela. Isabela dianggapnya sebagai Payudara yang dicintainya. Sakti begitu yakin kalau Isabela adalah Payudara. Tapi Isabela sama sekali bukan Payudara. Akhirnya Saktipun terluka. Pada saat tersebut Sakti dan Isabela berada di pemakaman, karena mencari Bayu yang menghilang. Sakti dan Isabela beranggapan terhadap hilangnya Bayu, karena bayu mengetahui bahwa Sakti dan Isabela saling mencintai. Lama berada di pekuburan, waktu sudah mulai senja, dan terdengarlah adzan maghrib. Mereka berduapun pulang ke rumah Sakti. Pada saat itulah, ketika Sakti sedang pulasnya tidur, Isabela membuka album photo kepunyaan Sakti. Isabela pun menemukan surat Sakti, yang ditujukan untuk Payudara. Isinya bahwa Sakti sangat mencintai Payudara, sampai-sampai sakti begitu gila memikirkannya. Mengetahui keadaan yang seperti itu, Isabela tidak mau membuat Sakti semakin terluka, akhirnya Isabela pergi, tanpa pernah kembali.( 163-196)

Sakti begitu kehilangan Isabela. Kini ia sendiri. Tidak ada teman untuk bercerita. Saktipun berdialog dengan dirinya sendiri, berfikir, bertanya dengan dirinya, karena pikirnya, di Zaman Revolusi kebudayaan ini, orang harus mau berfikir keras. Ketika mecari Isabela, sang Syetan setengah manusia, pergi ke tempat asalnya, yaitu kuburan. Ia menemukan secarik kertas yang dianggapnya sebagai tulisan Sapardi Djoko Damono.

Isabela tidak ditemukan. Sakti pun sudah merasa jenuh. Perjalanan jauh Sakti telah membawa jiwa Sakti ke tepi kesadaran yang terang benderang. Sejak saat itulah Sakti memutuskan untuk berkata TIDAK atas sesuatu di luar dirinya. Dan sejak saat itulah Sakti Sembuh dari kegilaannya. Sakti memutuskan untuk menjadi Tukang Sampah. Sakti mempunyai cita-cita untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di seluruh negeri, yang ternyata baru disadarinya bahwa negerinya adalah Indonesia. Indonesia adalah negeri ssampah.(hal 220).

Pada bagian teerakhir, Chavchay menceritakan, kesembuhan Sakti membawanya pada pertemuan bahagia antara Sakti dan Payudara, Sang Dokter jiwa yang telah mengusir Sakti. Payudara mengusir Sakti karena terpaksa. Ia difitnah telah selingkuh dengan pasienya; Sakti. Mengusir Sakti adalah dosa yang sulit dimaafkan, menurut perasaan payudara. Hidup Payudara menjadi berantakan. Anak-anaknnya menuduhnya telah membunuh ayahnya dengan sangat halus. Payudara pun akhirnya menyendiri karena setelah suaminya meninggal, anak-anaknya pun meninggalkannya karena membenci Payudara sebagai ibu yang telah berselingkuh dan membunuh ayahnya.
Pada saat sakti membersihkan sampah di kota Jakartalah, akhirnya Sakti bertemu dengan payudara. Payudara melihat Sakti sedang membersihkan jalan didepan halaman rumahnya. Merekanpun saling berpelukan dan saling bercerita tentang pengalaman pahitnya masing-masing. Dan meereka pun bahagia dengan berikrar bahwa mereka
menikah. Walaupun hanya dalam hati.

Seperti halnya Misteri Soliteire karya Jostein Gaarder, novel ini menempatkan imajinasi pikiran sebagai sentral cerita. Dari pengembaraan imajinasi, sesuatu hal yang imajinatif seolah-olah menjadi nyata, menjelma hidup dalam keseharian. Ketika pembaca menelusuri alur-alur cerita, anda akan dituntun dan dituntut untuk berfikir. Novel ini begitu menggelitik pikiran. Sehingga layak bagi pembaca yang menyenangi dunia pemikiran khususnya pilsafat, karena memang itulah novel ini dibuat. Novel ini banyak menggunakan bahasa simbol untuk menggambarkan keadaan bangsa dan negeri kita.

Tapi bagi awam dan tidak pernah menyentuh dunia pemikiran lebih baik tidak ‘membaca’nya karena dikhawatirkan terjerumus dengan apa yang dilakukan oleh Bayu, Sang tokoh imajinatif.

Judul : Payudara, Sebuah novel Pilsafat
Penulis : Chavchay Syaifullah
Penerbit : buku Melibas
Taahun terbit : Agustus 2004
Jumlah halaman : 233 halaman.

Post a Comment for "Dunia Memang sudah Gila"