Makna Bulan Juli bagi Bapak-bapak
Juli, Bulan Liburan?
![]() |
Cocoknya kalau libur, ya liburan. DokPri (abahraka.com) |
Bulan Juli
adalah momen menyingsingkan lengan, siap-siap cari kerja tambahan agar
kebutuhan anak-anak bisa terpenuhi.
Bulan lain Sudah Ada Lagunya, ini Lagu Bulan Juli bagi Bapak-bapak
Jika ada lagu Januari yang melow
dan syahdu karena berkabut cinta seperti lagunya para pesohor, Gigi atau Rita
Effendi mungkin ya. Ada juga
Lagu September Ceria dari Diva Vina Panduwinata yang selalu terngiang dalam
telinga kita jika menjelang dan memasuki bulan September hingga dibadikan tempat kerja menjadi benar-benar bulan menunggu
cerita dan cerita hehehe...
Bahkan ada juga lagu Desember
walaupun kelabu. Di Amrik sana, ada momen April Mop Dimana setiap orang boleh
melakukan semacam lelucon atau hoaks lelucon. Momentum Juni juga ada loh dalam lagunya, Cuma
lupa hehehe...
Nah harusnya bulan Juli juga bisa jadi lagu,
karena menjadi fenomena bagi bapak-bapak dan Ibu-ibu juga ya, apalagi Ibu-ibu
pekerja yang menjadi tulang punggung keluarganya. Masih punya anak-anak sekolah.
Bagi saya, Juli adalah bulan penuh tekanan,
merapatkan isi dompet, dan mengerutkan kening, serta menjadi momentum untuk
belajar manajemen keuangan dadakan, si Cinta pun tidak berani bertanya atau
nyindir-nyindir duh kayanya enak ya ini baso ini, duh kayaknya asyik ya kalo
nanti bisa berkunjung ke destinasi ini. Apalagi bertanya sampai nagih-nagih,
Ananda sama Anindi udah lama gak ke tempat ini ke tempat itu. Sangat mengerti
keadaan pasangannya.
Bagi mahmud dan pahmud yang anaknya sudah masuk
usia “kids” dan remaja, usia 4 tahun, usia 6 tahun menjelang 7, usia 13 tahun, usia 15
tahun adalah masa-masa menyekolahkan anak.
Jika punya dua anak berbarengan harus masuk
sekolah, yang satu masuk taman kanak-kanak yang satu lagi masuk SD, artinya ada
dua orang yang harus dipikirkan biaya masuknya, seragam sekolahnya, sepatu
barunya, tas barunya.
Bagaimana kalau anaknya 3, bagaimana kalau anaknya
4, satu masuk TK, satu masuk SD, satu masuk SMP, satu lagi masuk SMA. Bukankah
semua itu memerlukan biaya?
Ajaran Bulan Juli dalam Mengelola Keuangan
Lah kan sekarang masuk SD, SMP
gratis bro!? Iya kali full gratis, sekolah rakyat kan baru aja digelar, dan tidak
semua berhak masuk sekolah rakyat karena harus memiliki kriteria. Enak sih kalo semua warga wajib masuk sekolah rakyat, dari SD-SMA semua full gratis dan asrama, orang tua gak perlu mikirin biaya dan makan.
Jika pun sekolah umum SD dan SMP
gratis, akan tetapi mereka tetap membutuhkan seragam, membutuhkan sepatu,
membutuhkan ongkos dan lainnya.
Nah itu semua terjadi di bulan Juli. Lah kan
udah tau anaknya tahun sekarang mau masuk SD, mau masuk SMP, emang gak ada
persiapan Tong?
Iya kali buat yang uangnya berlebih bisa
menabung tiap bulan, lah bagi kaum gaji pas-pasan gimana Ncang?
Makanya, bulan Juli juga adalah menjadi bulan
menjadi ahli keuangan dadakan, harus pinter-pinter mengelola biar pas waktunya
anak masuk sekolah, semua sudah selesai semua.
Lalu bagaimana dengan saya?
Nah nah nah, bulan Juli 2025
adalah adalah momentum bulan yang baru akan terlewati.
Untuk Masuk Bulan Juli 2025, Persiapan Setahun Sebelumnya
Jauh-jauh hari sebelum bulan
Juli, memang sudah terjadwal pembayaran-pembayaran sekolah si sulung daftar
ulang masuk SMP tapi jumlah nominalnya sama dengan awal masuk, anak kedua
daftar ulang, karena kelas 6 nominalnya lebih besar dengan daftar ulang
sebelum-sebelumnya.
Terakhir yang pangais bungsu
masuk SD, ini yang berat. Bahkan hampir-hampir ngutang, dan melewati jadwal
masuk sekolah untuk pelunasannya. Si Cinta juga udah nanya-nanya, walaupun gak
nagih, karena sangat paham kondisi keuangan. Belum lagi kebutuhan diri sendiri juga yang masih belum terpenuhi.
Untuk sekolah, saya dan isteri selalu
memprioritaskan, karena sadar bukan dari kelas (mengada)-ada, hidup di atas
gaya. Kondisi keuangan belum bisa memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat
tertier, masih untuk kebutuhan pokok yang itupun jika ada momentum seperti
bulan Juli ini betul-betul harus dipersiapkan satu tahun sebelumnya. Agar
pos-pos keuangannya tepat dan tidak meleset.
Oleh karena itu, selama setahun sebelumnya,
beberapa keinginan benar-benar ditekan, apalagi beli ini beli itu, jalan-jalan
alakadarnya sambil ke sana sambil ke sini, itupun jarang. Sehingga kebutuhan pokok terpenuhi tapi bisa
sambil nyenggol untuk refreshing, walau sangat minimalis. Tidak ada
agenda khusus untuk jalan-jalan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Jangankan beli ini beli itu,
jalan ke sana jalan ke sini, perangkat selular kedua saja tidak cukup mampu
untuk diservis lagi, tablet anak juga sama belum cukup mampu untuk diperbaiki lagi. Prioritasnya anak bisa terpenuhi kewajibannya terlebih dahulu.
Terima Kasih Bulan Juli
Alhamdulillah, bulan Juli sudah
masuk minggu terakhir, dan anak-anak bisa sekolah dengan tenang. Walaupun
kadang-kadang suka mikir dan merasa berdosa, jika ada anak yang masih
berkeliaran di stopan-stopan, sekolahkah mereka? adakah orang tuanya? terperhatikan makan mereka? Duh sedih sih...
Terjawab sudah ketidaktenangan
tersebut, sekolah rakyat, menjadi kebanggaan saya sebagai warga bangsa, karena
pemerintah, memiliki program yang benar-benar memikirkan anak bangsa sejak
dini.
Jika semua bisa sekolah, para
orang tua tinggal duduk tenang, bapak-bapak yang hidup pas-pasan untuk makan,
semua kebutuhan sekolah sudah ditanggung pemerintah. Semoga sekolah rakyat programnya lancara ya, kita doakan, demi anak bangsa ke depan (maaf tiga paragrafnya OOT ya)
Jika saya pemusik, mungkin bulan Juli akan menjadi lagu, lagu tentang Bapak-bapak dan para penanggung jawab keluarga. Bukan hanya ada bulan Cinta yang sering jadi judul lagu seperti Januari seperti lagunya Gigi atau bulan November dalam November Rainnya Gun N Roses, atau September Ceria-nya Vina Panduwinata, tapi ada lagu Juli-nya Bapak-bapak.
Oh bulan Juli, terima kasih telah
mengajarkan kepada bapak-bapak dan ibu pekerja dan penanggung jawab keluarga
artinya mengelola keuangan, mengajarkan makna tanggung jawab, mengajarkan
artinya mengesampingkan ego.
Kita, bapak-bapak yang sekolahnya
di sekolah umum, semoga dimampukan untuk menyiapkan anak-anaknya meraih masa
depan mereka.***[]
Wah semangat abah. Bulan juli hari yang spesial juga buat ku. Soalnya hari ulang tahunku juga ☺️
BalasHapusWaaah hepi milad atuh kang Amin, semoga sehat, sukses dan bahagia selalu yah...
Hapusjadi teringat bapak saya, beliau dari sd sudah buat kas setiap kasih uang jajan di catat kalau belanja juga minta bon, pokoknya manajemen keuangan sangat rapi, gak heran sih gimana sulitnya ngatur gaji untuk 6 anak yang secara bersamaan 3 orang masuk pesantren plus 1 kuliah dan juga biayain adiknya (paman) yang kuliah . Gila gk kebayang jadi beliau sekarang,. mungkin kalau bapak saya aktif nulis blog isinya curhat semua, tentang pendapatan di awal bulan udah kempes ya wkwk
BalasHapuspersis itu, awal bulan udah mikir, dapat tambahan buat sebulan ke depan darimana hehehe...., karena semua udah terposkan.
HapusSemoga Abah senantiasa dilapangkan rezekinya ya. Btw Juli buat staf sekolah lagi sibuk-sibuknya nih ... Siapin seragam, ATK, dll.
BalasHapusAamiin YRA....Semangat mbak Futu, sehat selalu yah, semoga anak didiknya juga di sekolah pada semangat pada lapang rezekinya biar lancar bayaran ke sekolahnya ya...
HapusJuli ternyata menyimpan banyak kenangan ya, Bah. Aku suka banget cara Abah menarasikan rasa rindu, haru, dan kebanggaan dalam satu bulan penuh arti. Rasanya hangat dan bikin merenung. Terima kasih sudah menulis sejujur ini.
BalasHapusMemang betul bulan Juli itu bulan merenung khususnya tentang arti tanggung jawab yang butuh perjuangan mbak Andiyani
HapusMeski kurang konten eksplisit di sana, rasanya judul itu seperti menyindir bahwa untuk bapak-bapak, bulan Juli bukan hanya soal puncak musim kemarau, tapi waktu refleksi, kebaikan, dan keteguhan hati... hahaha becanda ya abah Raka!
BalasHapusSebagai penulis lepas, aku melihat “makna Juli” itu seperti metafora untuk panggilan menjadi figur yang membawa sinar. Saya membayangkan ilustrasi sederhana: seorang bapak berdiri di depan horizon cerah musim kemarau—tangan terulur memberi makan anak-anak kecil sambil tersenyum. Cahaya hangat itu laksana harapan, optimisme, serta kebaikan yang terus diteruskan.
Abah, tulisanmu sangat tajam soal yang esensial: makna hidup dibentuk lewat kasih dan tanggung jawab, bukan hanya rutinitas harian. Makna ‘bulan Juli’ bagi bapak-bapak mungkin lebih dari sekadar tanggal—tapi panggilan untuk menjadi sosok pelindung, pemimpin lembut, dan sumber ketenangan bagi keluarga.
Terima kasih sudah menghadirkan judul yang membuka banyak refleksi dan ruang bagi pembaca untuk merenung. Semoga cerita bapak-bapak di bulan Juli terus menebar inspirasi dan harapan bagi banyak orang.
Wah komentar teh Tanti malah bisa jadi satu tulisan ini, jadi bertambah makna bulan Juli bukan soal tanggung jawab dan pengelolaan keuangan, tapi juga soal hidup yang harus menjadi figur.
HapusKok rasanya ini pertama kali saya baca blog seorang bapak-bapak yang curhat tentang anak/keluarga ya? Biasanya yang curhat itu ibu-ibu. Keren abah! serius deh! Jadi tau POV bapak-bapak, apalagi ditengah isu fatherless di Indonesia. Btw waktu kecil emang senang banget kalau musim libur tiba, tapi setelah dewasa jadi tahu beban/tanggung jawab orang tua di musim libur, apalagi saya 4 bersaudara, nggak kebayang bagaimana pusingnya orang tua sama biaya sekolah dan biaya liburan.
BalasHapushehehe iya, mungpung lagi pengen curhat nih Mbak Dila
HapusBulan Juli emang istimewa sekali buat keluarga yang sudah memiliki anak sekolahan. Kudu nyari tambahan yang lumayan soalnya. Bukan cuma urusan liburan. Tapi kebutuhan anak sekolah juga. Hehehe
BalasHapusnah nah iya itu banget
HapusSaya juga merasakan hal yang sama, Abah. Tahun ini si Sulung masuk SMP, pangais bungsu masuk SD dan si Bungsu masuk TK. Menyala sekali bulan Juli ku... hehe.
BalasHapusTapi Alhamdulillah semua dapat dijalani dengan baik dan anak-anak sudah bersekolah dengan nyaman. Kini saatnya Agustus kita merdeka....
Iya menyalasa sekali Kang Regen...tapi sekarang udah mulai mendingin ya?
HapusNggak cuma aku ternyata yang merasa awal Juli, kenapa datangnya cepet banget? Lalu, kenapa akhir Juli datangnya terasa sangat lama? hehe
BalasHapushahaha iya, banyak yang harus dibayar...giliran mau liburan keburu masuk sekolah ya
HapusBaca tulisan Abah jadi lucu-lucu gimana gituh hehehe. Ternyata bapak-bapak juga butuh curhat yah, Bah
BalasHapushahaha iya, sementara dua tahun ini ngeblog adalah satu-satunya hiburan yang benar-benar bisa meringankan beban, daripada medsos lain yang lebih banyak nontontin yang Fomo malah tambah sutress ya teh...
HapusBulan Juli ini emg bulan super sibuk bagi ayah. Harus nyiapin dana lebih banyak buat persiapan pendidikan anak. Ada yang naik kelas, ada yang masuk sekolah baru, bahkan masuk kampus. Puyeng dah. Untungnya semua bisa lebih mudah dgn koordinasi bersama istri. Buat yang jomblo, santai aja lagi. Sama kayak bulan2 lain kok. Hehe.
BalasHapusiya bapak bapak sibuk nyari duitnya, ibu-ibu sibuk ngaturnya dengan keuangan yang terbatas, gimana caranya biar tetap cukup ya....
HapusSama dengan mas Aminudin, saya juga lahir di Bulan Juli dan baru ngeh ga ada lagi populernya. Padahanal Taylor Swift nyuptain August dan Green day ada Wake Me Up When September End. Semoga ada musisi yang ngide bikin lagu tentang Juli ya Bah.
BalasHapusBtw, Saya suka banget nama duo bersaudara Ananda dan Anindi. Anindi ini unik.
hehehe ananda dan anindi ini hanya nama samaran aja teh Annisa hehehe, gak enak nama asli anak dibawa-bawa hahaha...,
HapusAminnnn . Semoga bapak bapak di manapun berada selalu sehat, dan lebih dikuatkan lagi pundaknya untuk meluluskan anak2nya sampai pendidikan tinggi
BalasHapusAamiiin
HapusJuli emang jadi ujian tahunan buat para bapak, apalagi yang penghasilannya pas-pasan. Sekolah boleh gratis, tapi printilan kayak seragam, ongkos, sampai daftar ulang tetep aja bikin keringat dingin. Salut banget sama perjuangan ngatur keuangan setahun sebelumnya, ini jadi pengingat juga buat kita semua biar lebih siap mental dan finansial.
BalasHapusBapaknya pusing cari tambahan, emaknya pusing ngaturnya hehehe
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswah saya belum pernah baca tulisan sereflektif ini dari seorang ayah. Yang saya tahu, banyak ayah yang hanya bermindset sebagai pencari nafkah, lalu kelar perkara karena uang solve most things in this life. Mungkin saya hidup di lingkungan yang dingin, kaku, dan konservatif. Saya tahu di lubuk hatinya ada keresahan yang sulit diungkapkan pada keluarga, lebih dari uang. Sayangnya, saya jarang sekali mengenal sosok pemberi nafkah dari sisi sentimentil. Saya hanya mencoba dekat dengan ayah hanya dari jokes di akun @bapak2id di Instagram, meskipun tidak akan pernah menggantikan sosok bapak yang sejujurnya tidak benar-benar hadir di hidup saya.
BalasHapusBisa jadi jaman emang udah beda ya, saya yakin sekarang udah mulai cukup banyak bapak yang berusaha hadir untuk anaknya. Kalo itungannya dulu, saya juga sama seperti itulah, makanya sekarang mencoba dan berusaha.
HapusBaahhh, ini juga dirasain sama paksu saya. Di awal bulan juli sampai akhir kemarin tuh paksu selalu cerita, duh bulan juli ini bapak-bapak perlu ekstra kerja karena awal masuk sekolah, ada acara keluarga, keperluan sekolah mulai dari seragam sampai pritilan-nya, ini termasuk agenda nganter anak yang bergantian dengan saya. Tapi di sisi lain dia juga bahagia sekali, karena untuk pertama kalinya dia mengantar anak sekaligus ikut sosialisasi walimurid terkait sekolah.
BalasHapusKalau bulan juli tidak ada lagunya, maka bapak-bapak pasti punya 'lagu' tersendiri. Hehehe.. :D
hahaha iya bener banget, Juli itu jadi lagu yang memorial buat bapak-bapak hehehe
Hapushahahaha! juli emang darderdor banget siiih! semangat bapaaaak. jadi ini yaaa yang bikin bapak-bapak kadang suka bengong sendiri hahahaha!! bulan juli itu frekwensi minum Jahe Rempahnya makin tinggi. wkwkwkw...
BalasHapusnah iya, bengong itu cara bercerita bapak-bapak, dari sisi komunikasi nonverbal kaya gitu tuh kalo bapak-bapak lagi mendalami perannya hahahaha
Hapusyes betul banget bulan Juli sebr bayar ini-itu terutamam buat sekolah, anakku juga akhr juli harus udah bayar UKT. Berpengalaman orangtua dulu yang masukin anak sekolah berbarengan satu sama lain makanya anakku dibuat jarak :-D biar napas sejenak
BalasHapusNah itu dia
HapusMerasakan sekalii.. bulan Juli, anak barru aja menginjakkan kelas baru ((kenaikan kelas dan mereka merasakan suasana baru)). Tapi bulan berikutnya, Agustus.. sekolah-sekolah swasta uda berlomba-lomba "Open House" untuk menjaring siswa-siswi untuk tahun berikutnya.
BalasHapusIni awalnya aku termenung.
Gini amaatt yang namanya bisnis ((pendidikan)) yaa..
Tapi beneran kalo gak gercep, sekolah-sekolah bagus itu uda pada full aja.
MashaAllaa.. Tabarakallaahu sekalii memang..
Semangaatt untuk para orangtua.
Semoga Allaah luaskan rezeki, Allaah sehatkan raga dan pikiran sehingga bisa terus memberikan yang terbaik untuk keluarga tercinta.
Yup, sekolah-sekolah swasta setaun sebelumnya udah ada yang booking daftar, kalo ngepas daftarnya malah penuh
HapusBaru kemarin terpikir hal serupa. Apalagi anak ada yang sudah mulai mondok, jadi ketika liburan Juli ada ongkos transportasi tambahan. Lalu mumpung pulang juga biasanya sekalian melengkapi imunisasi dan cek berkala beberapa hal (terutama mata yang minus). Memang lumayan banget sih ya jadinya Juli itu.
BalasHapusApalagi kalo mondok suka ada aja barang-barang yang hilang ya, jadi tiap semester selalu ada aja yang harus baru...semoga rezekinya berlimpah ya
HapusCeritanya bulan Juli ini bulannya Bapak-bapak ya Bah.. Tapi para Ibu-ibu juga deng, dengar-dengar cerita dari Ibu" yg anaknya masuk SMP, satu lagi masuk SMA, yang satu lagi bayar uang UKT semua kebutuhan yg lainnya ditekan sampai bisa anaknya sklah dgn baik. Tiba-tiba mereka skrg udah sekolah, tapi masih teringat perjuangannya luar biasa yaa..
BalasHapus