Makna Bulan Juli bagi Bapak-bapak

Juli, Bulan Liburan?

Cocoknya kalau libur, ya liburan. DokPri (abahraka.com)
[https://abahraka.com] Bulan Juli, anak-anak libur sekolah, kesempatan untuk membawanya liburan, entah ke pantai atau ke gunung atau mungkin sekadar mengunjungi tempat terdekat dengan berenang sebagaimana kesukaannya. Jika sudah masuk wahana kolam renang, dari mulai buka sampai mau tutup anak-anak betah. 

Akan tetapi, sebelum itu terjadi, sebelum memasuki bulan Juli, teman hidupku sudah beberapa kali konfirmasi....

“Bah nanti Daftar Ulang buat Ananda....”

“Bah lunasin Anindi fiksnya kapan?”

“Bah itu tas Ananda udah rusak...”

“Bah nanti sekalian beli ATK buat Anindi…”

Begitulah kira-kira pernyataan dan pertanyaan dari teman diskusi sekamar, saat menjelang bulan Juli.
Ibu-ibu dan bapak-bapak pasti tahu ya, bulan juli itu ada momentum apa?

Liburan Panjang, seperti yang saya ceritakan di paragraf pertama?

Ya betul banget, liburnya panjang banget buat mahasiswa karena menjelang semester ganjil, sampai dua bulan lebih. Jadi cocok banget kalau bulan Juli dimanfaatkan untuk bisa bercengkerama dengan keluarga, menikmati puzzle tanggal kerja dan berhenti dari rutinitas. Cuti! Lalu pergi sejenak untuk healing. 

Buat anak-anak usia SD-SMA juga lagi libur lumayan cukup lama, kurang lebih dua minggu. Cukup jika ingin liburan panjang outdoor-an sekalian keluar yang jauuuh. Enaknyooo…

Tapi lamunan untuk bisa memanfaatkan momentum liburan untuk keluarga itu, sangat tidak bagi bapak-bapak, tidak ada libur Panjang, yang ada mikirnya yang panjang. Banyak pertimbangan. Bukan soal enggak mau liburan, tapi harus mengesampingkan sementara keinginan liburan, khususnya bulan Juli 2025 ini.

Justeru bulan Juli tahun ini adalah momentum berhenti sejenak dari memikirkan kapan liburan. Karena bulan Juli adalah momentum berpikir keras bagi bapak-bapak!

Tidak, tidak ada liburan bagi Bapak-bapak, walaupun tetap harus memikirkan mungpung libur, anak tetap harus liburan.

Bulan Juli adalah momen menyingsingkan lengan, siap-siap cari kerja tambahan agar kebutuhan anak-anak bisa terpenuhi.

Bulan lain Sudah Ada Lagunya, ini Lagu Bulan Juli bagi Bapak-bapak

Jika ada lagu Januari yang melow dan syahdu karena berkabut cinta seperti lagunya para pesohor, Gigi atau Rita Effendi mungkin ya. Ada juga Lagu September Ceria dari Diva Vina Panduwinata yang selalu terngiang dalam telinga kita jika menjelang dan memasuki bulan September hingga dibadikan tempat kerja menjadi benar-benar bulan menunggu cerita dan cerita hehehe...

Bahkan ada juga lagu Desember walaupun kelabu. Di Amrik sana, ada momen April Mop Dimana setiap orang boleh melakukan semacam lelucon atau hoaks lelucon. Momentum Juni juga ada loh dalam lagunya, Cuma lupa hehehe...

Nah harusnya bulan Juli juga bisa jadi lagu, karena menjadi fenomena bagi bapak-bapak dan Ibu-ibu juga ya, apalagi Ibu-ibu pekerja yang menjadi tulang punggung keluarganya. Masih punya anak-anak sekolah.

Bagi saya, Juli adalah bulan penuh tekanan, merapatkan isi dompet, dan mengerutkan kening, serta menjadi momentum untuk belajar manajemen keuangan dadakan, si Cinta pun tidak berani bertanya atau nyindir-nyindir duh kayanya enak ya ini baso ini, duh kayaknya asyik ya kalo nanti bisa berkunjung ke destinasi ini. Apalagi bertanya sampai nagih-nagih, Ananda sama Anindi udah lama gak ke tempat ini ke tempat itu. Sangat mengerti keadaan pasangannya.

Bagi mahmud dan pahmud yang anaknya sudah masuk usia “kids” dan remaja, usia 4 tahun, usia 6 tahun menjelang 7, usia 13 tahun, usia 15 tahun adalah masa-masa menyekolahkan anak.

Jika punya dua anak berbarengan harus masuk sekolah, yang satu masuk taman kanak-kanak yang satu lagi masuk SD, artinya ada dua orang yang harus dipikirkan biaya masuknya, seragam sekolahnya, sepatu barunya, tas barunya.

Bagaimana kalau anaknya 3, bagaimana kalau anaknya 4, satu masuk TK, satu masuk SD, satu masuk SMP, satu lagi masuk SMA. Bukankah semua itu memerlukan biaya?

Ajaran Bulan Juli dalam Mengelola Keuangan

Lah kan sekarang masuk SD, SMP gratis bro!? Iya kali full gratis, sekolah rakyat kan baru aja digelar, dan tidak semua berhak masuk sekolah rakyat karena harus memiliki kriteria. Enak sih kalo semua warga wajib masuk sekolah rakyat, dari SD-SMA semua full gratis dan asrama, orang tua gak perlu mikirin biaya dan makan. 

Jika pun sekolah umum SD dan SMP gratis, akan tetapi mereka tetap membutuhkan seragam, membutuhkan sepatu, membutuhkan ongkos dan lainnya.

Nah itu semua terjadi di bulan Juli. Lah kan udah tau anaknya tahun sekarang mau masuk SD, mau masuk SMP, emang gak ada persiapan Tong?

Iya kali buat yang uangnya berlebih bisa menabung tiap bulan, lah bagi kaum gaji pas-pasan gimana Ncang?

Makanya, bulan Juli juga adalah menjadi bulan menjadi ahli keuangan dadakan, harus pinter-pinter mengelola biar pas waktunya anak masuk sekolah, semua sudah selesai semua.

Lalu bagaimana dengan saya?

Nah nah nah, bulan Juli 2025 adalah adalah momentum bulan yang baru akan terlewati.

Untuk Masuk Bulan Juli 2025, Persiapan Setahun Sebelumnya

Jauh-jauh hari sebelum bulan Juli, memang sudah terjadwal pembayaran-pembayaran sekolah si sulung daftar ulang masuk SMP tapi jumlah nominalnya sama dengan awal masuk, anak kedua daftar ulang, karena kelas 6 nominalnya lebih besar dengan daftar ulang sebelum-sebelumnya.  

Terakhir yang pangais bungsu masuk SD, ini yang berat. Bahkan hampir-hampir ngutang, dan melewati jadwal masuk sekolah untuk pelunasannya. Si Cinta juga udah nanya-nanya, walaupun gak nagih, karena sangat paham kondisi keuangan. Belum lagi kebutuhan diri sendiri juga yang masih belum terpenuhi.

Untuk sekolah, saya dan isteri selalu memprioritaskan, karena sadar bukan dari kelas (mengada)-ada, hidup di atas gaya. Kondisi keuangan belum bisa memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat tertier, masih untuk kebutuhan pokok yang itupun jika ada momentum seperti bulan Juli ini betul-betul harus dipersiapkan satu tahun sebelumnya. Agar pos-pos keuangannya tepat dan tidak meleset.

Oleh karena itu, selama setahun sebelumnya, beberapa keinginan benar-benar ditekan, apalagi beli ini beli itu, jalan-jalan alakadarnya sambil ke sana sambil ke sini,  itupun jarang. Sehingga kebutuhan pokok terpenuhi tapi bisa sambil nyenggol untuk refreshing, walau sangat minimalis. Tidak ada agenda khusus untuk jalan-jalan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Jangankan beli ini beli itu, jalan ke sana jalan ke sini, perangkat selular kedua saja tidak cukup mampu untuk diservis lagi, tablet anak juga sama belum cukup mampu untuk diperbaiki lagi. Prioritasnya anak bisa terpenuhi kewajibannya terlebih dahulu.

Terima Kasih Bulan Juli

Alhamdulillah, bulan Juli sudah masuk minggu terakhir, dan anak-anak bisa sekolah dengan tenang. Walaupun kadang-kadang suka mikir dan merasa berdosa, jika ada anak yang masih berkeliaran di stopan-stopan, sekolahkah mereka? adakah orang tuanya? terperhatikan makan mereka? Duh sedih sih...

Terjawab sudah ketidaktenangan tersebut, sekolah rakyat, menjadi kebanggaan saya sebagai warga bangsa, karena pemerintah, memiliki program yang benar-benar memikirkan anak bangsa sejak dini.

Jika semua bisa sekolah, para orang tua tinggal duduk tenang, bapak-bapak yang hidup pas-pasan untuk makan, semua kebutuhan sekolah sudah ditanggung pemerintah. Semoga sekolah rakyat programnya lancara ya, kita doakan, demi anak bangsa ke depan (maaf tiga paragrafnya OOT ya)

Jika saya pemusik, mungkin bulan Juli akan menjadi lagu, lagu tentang Bapak-bapak dan para penanggung jawab keluarga. Bukan hanya ada bulan Cinta yang sering jadi judul lagu seperti Januari seperti lagunya Gigi atau bulan November dalam November Rainnya Gun N Roses, atau September Ceria-nya Vina Panduwinata, tapi ada lagu Juli-nya Bapak-bapak.

Oh bulan Juli, terima kasih telah mengajarkan kepada bapak-bapak dan ibu pekerja dan penanggung jawab keluarga artinya mengelola keuangan, mengajarkan makna tanggung jawab, mengajarkan artinya mengesampingkan ego.

Kita, bapak-bapak yang sekolahnya di sekolah umum, semoga dimampukan untuk menyiapkan anak-anaknya meraih masa depan mereka.***[]

42 komentar untuk "Makna Bulan Juli bagi Bapak-bapak"

  1. Wah semangat abah. Bulan juli hari yang spesial juga buat ku. Soalnya hari ulang tahunku juga ☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah hepi milad atuh kang Amin, semoga sehat, sukses dan bahagia selalu yah...

      Hapus
  2. jadi teringat bapak saya, beliau dari sd sudah buat kas setiap kasih uang jajan di catat kalau belanja juga minta bon, pokoknya manajemen keuangan sangat rapi, gak heran sih gimana sulitnya ngatur gaji untuk 6 anak yang secara bersamaan 3 orang masuk pesantren plus 1 kuliah dan juga biayain adiknya (paman) yang kuliah . Gila gk kebayang jadi beliau sekarang,. mungkin kalau bapak saya aktif nulis blog isinya curhat semua, tentang pendapatan di awal bulan udah kempes ya wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. persis itu, awal bulan udah mikir, dapat tambahan buat sebulan ke depan darimana hehehe...., karena semua udah terposkan.

      Hapus
  3. Semoga Abah senantiasa dilapangkan rezekinya ya. Btw Juli buat staf sekolah lagi sibuk-sibuknya nih ... Siapin seragam, ATK, dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin YRA....Semangat mbak Futu, sehat selalu yah, semoga anak didiknya juga di sekolah pada semangat pada lapang rezekinya biar lancar bayaran ke sekolahnya ya...

      Hapus
  4. Juli ternyata menyimpan banyak kenangan ya, Bah. Aku suka banget cara Abah menarasikan rasa rindu, haru, dan kebanggaan dalam satu bulan penuh arti. Rasanya hangat dan bikin merenung. Terima kasih sudah menulis sejujur ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang betul bulan Juli itu bulan merenung khususnya tentang arti tanggung jawab yang butuh perjuangan mbak Andiyani

      Hapus
  5. Meski kurang konten eksplisit di sana, rasanya judul itu seperti menyindir bahwa untuk bapak-bapak, bulan Juli bukan hanya soal puncak musim kemarau, tapi waktu refleksi, kebaikan, dan keteguhan hati... hahaha becanda ya abah Raka!

    Sebagai penulis lepas, aku melihat “makna Juli” itu seperti metafora untuk panggilan menjadi figur yang membawa sinar. Saya membayangkan ilustrasi sederhana: seorang bapak berdiri di depan horizon cerah musim kemarau—tangan terulur memberi makan anak-anak kecil sambil tersenyum. Cahaya hangat itu laksana harapan, optimisme, serta kebaikan yang terus diteruskan.

    Abah, tulisanmu sangat tajam soal yang esensial: makna hidup dibentuk lewat kasih dan tanggung jawab, bukan hanya rutinitas harian. Makna ‘bulan Juli’ bagi bapak-bapak mungkin lebih dari sekadar tanggal—tapi panggilan untuk menjadi sosok pelindung, pemimpin lembut, dan sumber ketenangan bagi keluarga.

    Terima kasih sudah menghadirkan judul yang membuka banyak refleksi dan ruang bagi pembaca untuk merenung. Semoga cerita bapak-bapak di bulan Juli terus menebar inspirasi dan harapan bagi banyak orang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah komentar teh Tanti malah bisa jadi satu tulisan ini, jadi bertambah makna bulan Juli bukan soal tanggung jawab dan pengelolaan keuangan, tapi juga soal hidup yang harus menjadi figur.

      Hapus
  6. Kok rasanya ini pertama kali saya baca blog seorang bapak-bapak yang curhat tentang anak/keluarga ya? Biasanya yang curhat itu ibu-ibu. Keren abah! serius deh! Jadi tau POV bapak-bapak, apalagi ditengah isu fatherless di Indonesia. Btw waktu kecil emang senang banget kalau musim libur tiba, tapi setelah dewasa jadi tahu beban/tanggung jawab orang tua di musim libur, apalagi saya 4 bersaudara, nggak kebayang bagaimana pusingnya orang tua sama biaya sekolah dan biaya liburan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iya, mungpung lagi pengen curhat nih Mbak Dila

      Hapus
  7. Bulan Juli emang istimewa sekali buat keluarga yang sudah memiliki anak sekolahan. Kudu nyari tambahan yang lumayan soalnya. Bukan cuma urusan liburan. Tapi kebutuhan anak sekolah juga. Hehehe

    BalasHapus
  8. Saya juga merasakan hal yang sama, Abah. Tahun ini si Sulung masuk SMP, pangais bungsu masuk SD dan si Bungsu masuk TK. Menyala sekali bulan Juli ku... hehe.
    Tapi Alhamdulillah semua dapat dijalani dengan baik dan anak-anak sudah bersekolah dengan nyaman. Kini saatnya Agustus kita merdeka....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya menyalasa sekali Kang Regen...tapi sekarang udah mulai mendingin ya?

      Hapus
  9. Nggak cuma aku ternyata yang merasa awal Juli, kenapa datangnya cepet banget? Lalu, kenapa akhir Juli datangnya terasa sangat lama? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya, banyak yang harus dibayar...giliran mau liburan keburu masuk sekolah ya

      Hapus
  10. Baca tulisan Abah jadi lucu-lucu gimana gituh hehehe. Ternyata bapak-bapak juga butuh curhat yah, Bah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya, sementara dua tahun ini ngeblog adalah satu-satunya hiburan yang benar-benar bisa meringankan beban, daripada medsos lain yang lebih banyak nontontin yang Fomo malah tambah sutress ya teh...

      Hapus
  11. Bulan Juli ini emg bulan super sibuk bagi ayah. Harus nyiapin dana lebih banyak buat persiapan pendidikan anak. Ada yang naik kelas, ada yang masuk sekolah baru, bahkan masuk kampus. Puyeng dah. Untungnya semua bisa lebih mudah dgn koordinasi bersama istri. Buat yang jomblo, santai aja lagi. Sama kayak bulan2 lain kok. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bapak bapak sibuk nyari duitnya, ibu-ibu sibuk ngaturnya dengan keuangan yang terbatas, gimana caranya biar tetap cukup ya....

      Hapus
  12. Sama dengan mas Aminudin, saya juga lahir di Bulan Juli dan baru ngeh ga ada lagi populernya. Padahanal Taylor Swift nyuptain August dan Green day ada Wake Me Up When September End. Semoga ada musisi yang ngide bikin lagu tentang Juli ya Bah.

    Btw, Saya suka banget nama duo bersaudara Ananda dan Anindi. Anindi ini unik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe ananda dan anindi ini hanya nama samaran aja teh Annisa hehehe, gak enak nama asli anak dibawa-bawa hahaha...,

      Hapus
  13. Aminnnn . Semoga bapak bapak di manapun berada selalu sehat, dan lebih dikuatkan lagi pundaknya untuk meluluskan anak2nya sampai pendidikan tinggi

    BalasHapus
  14. Juli emang jadi ujian tahunan buat para bapak, apalagi yang penghasilannya pas-pasan. Sekolah boleh gratis, tapi printilan kayak seragam, ongkos, sampai daftar ulang tetep aja bikin keringat dingin. Salut banget sama perjuangan ngatur keuangan setahun sebelumnya, ini jadi pengingat juga buat kita semua biar lebih siap mental dan finansial.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bapaknya pusing cari tambahan, emaknya pusing ngaturnya hehehe

      Hapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. wah saya belum pernah baca tulisan sereflektif ini dari seorang ayah. Yang saya tahu, banyak ayah yang hanya bermindset sebagai pencari nafkah, lalu kelar perkara karena uang solve most things in this life. Mungkin saya hidup di lingkungan yang dingin, kaku, dan konservatif. Saya tahu di lubuk hatinya ada keresahan yang sulit diungkapkan pada keluarga, lebih dari uang. Sayangnya, saya jarang sekali mengenal sosok pemberi nafkah dari sisi sentimentil. Saya hanya mencoba dekat dengan ayah hanya dari jokes di akun @bapak2id di Instagram, meskipun tidak akan pernah menggantikan sosok bapak yang sejujurnya tidak benar-benar hadir di hidup saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi jaman emang udah beda ya, saya yakin sekarang udah mulai cukup banyak bapak yang berusaha hadir untuk anaknya. Kalo itungannya dulu, saya juga sama seperti itulah, makanya sekarang mencoba dan berusaha.

      Hapus
  17. Baahhh, ini juga dirasain sama paksu saya. Di awal bulan juli sampai akhir kemarin tuh paksu selalu cerita, duh bulan juli ini bapak-bapak perlu ekstra kerja karena awal masuk sekolah, ada acara keluarga, keperluan sekolah mulai dari seragam sampai pritilan-nya, ini termasuk agenda nganter anak yang bergantian dengan saya. Tapi di sisi lain dia juga bahagia sekali, karena untuk pertama kalinya dia mengantar anak sekaligus ikut sosialisasi walimurid terkait sekolah.

    Kalau bulan juli tidak ada lagunya, maka bapak-bapak pasti punya 'lagu' tersendiri. Hehehe.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya bener banget, Juli itu jadi lagu yang memorial buat bapak-bapak hehehe

      Hapus
  18. hahahaha! juli emang darderdor banget siiih! semangat bapaaaak. jadi ini yaaa yang bikin bapak-bapak kadang suka bengong sendiri hahahaha!! bulan juli itu frekwensi minum Jahe Rempahnya makin tinggi. wkwkwkw...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya, bengong itu cara bercerita bapak-bapak, dari sisi komunikasi nonverbal kaya gitu tuh kalo bapak-bapak lagi mendalami perannya hahahaha

      Hapus
  19. yes betul banget bulan Juli sebr bayar ini-itu terutamam buat sekolah, anakku juga akhr juli harus udah bayar UKT. Berpengalaman orangtua dulu yang masukin anak sekolah berbarengan satu sama lain makanya anakku dibuat jarak :-D biar napas sejenak

    BalasHapus
  20. Merasakan sekalii.. bulan Juli, anak barru aja menginjakkan kelas baru ((kenaikan kelas dan mereka merasakan suasana baru)). Tapi bulan berikutnya, Agustus.. sekolah-sekolah swasta uda berlomba-lomba "Open House" untuk menjaring siswa-siswi untuk tahun berikutnya.

    Ini awalnya aku termenung.
    Gini amaatt yang namanya bisnis ((pendidikan)) yaa..

    Tapi beneran kalo gak gercep, sekolah-sekolah bagus itu uda pada full aja.
    MashaAllaa.. Tabarakallaahu sekalii memang..


    Semangaatt untuk para orangtua.
    Semoga Allaah luaskan rezeki, Allaah sehatkan raga dan pikiran sehingga bisa terus memberikan yang terbaik untuk keluarga tercinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, sekolah-sekolah swasta setaun sebelumnya udah ada yang booking daftar, kalo ngepas daftarnya malah penuh

      Hapus
  21. Baru kemarin terpikir hal serupa. Apalagi anak ada yang sudah mulai mondok, jadi ketika liburan Juli ada ongkos transportasi tambahan. Lalu mumpung pulang juga biasanya sekalian melengkapi imunisasi dan cek berkala beberapa hal (terutama mata yang minus). Memang lumayan banget sih ya jadinya Juli itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalagi kalo mondok suka ada aja barang-barang yang hilang ya, jadi tiap semester selalu ada aja yang harus baru...semoga rezekinya berlimpah ya

      Hapus
  22. Ceritanya bulan Juli ini bulannya Bapak-bapak ya Bah.. Tapi para Ibu-ibu juga deng, dengar-dengar cerita dari Ibu" yg anaknya masuk SMP, satu lagi masuk SMA, yang satu lagi bayar uang UKT semua kebutuhan yg lainnya ditekan sampai bisa anaknya sklah dgn baik. Tiba-tiba mereka skrg udah sekolah, tapi masih teringat perjuangannya luar biasa yaa..

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...