
25.1.21
Pengalaman Menggunakan Smartfren [Unlimited]
12.1.21
Mengenal Kopi Arabica Terbaik Dunia
![]() |
Kopi Arabica Puntang, by abahraka.com |
Gegara memiliki penyakit maag, justeru mengantarkan saya berkenalan dengan kopi. Kopi tidak hanya sekadar sebagai minuman populer yang sejak dulu digandrungi oleh masyarakat, juga menjadi bagian dari peradaban. Kopi tidak hanya memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai politik, saat pertama kali datang ke Indonesia.
Kini, kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup. Jika, pada masa lalu kita hanya bisa menikmati kopi tubruk, menjadi pelengkap saat bercengkerama dengan teman saudara, kini kopi dapat dinikmati dengan berbagai cara dan jenis. Maka wajar, saya sebut bahwa kopi menjadi bagian dari peradaban.
Lalu, muncullah saat kopi memiliki fans dengan harga mahal, hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmati, produk starbucks misalnya. Nongkrong sambil menikmati kopi di kedai sekelas cafe tersebut tidak bisa dinikmati oleh semua orang, hanya mereka yang merasa pantas dan gaul yang bisa duduk sambil nongkrong di sana.
Era Starbucks telah lewat, kini bukan satu-satunya cafe. Kopi bertambah populer. Kedai-kedai bertebaran, kios-kios kopi menjamur. Cafe tidak hanya ramai di kota, juga di pedalaman, mendekati perkebunannya. Anak muda, perempuan, kini suka ngopi. Sambil kerja dan nongkrong di cafe.
Perkenalan pertama dengan kopi, saat saya membuat project bersama mahasiswa di kota kecil, Garut. Kedai Masterblackcoffee yang kini entah berada di mana, atau mungkin sudah tutup ya...tulisannya bisa diklik link INI. Menjadi perkenalan pertama saya dengan kopi secara pengetahuan.
Berangkat dari pengetahuan secuil ini, akhirnya mengantarkan saya mencoba beberaoa kopi Jawa Barat saya coba Kopi Manglayang, Pacet, Garut, origin Papandayan, terakhir Kopi Puntang yang sedang saya tulis. Dari luar Jawa saya coba Arabica Gayo, Mandailing, Wine Gayo, Jantan Gayo, Toraja, juga Kintamani Bali. Beragam origin tersebut memiliki kekayaan taste-nya masing-masing.
Dari beberapa pameran yang saya kunjungi dan secara otomatis melakukan perbandingan harga, ternyata harga kopi Jawa Barat relatif istimewa. Saya tidak bilang mahal, setelah tahu bahwa proses pengolahan dari mulai menanam hingga roasting betul-betul terjaga. Khususnya yang saya kunjungi terakhir, yaitu Kopi Puntang.
Kopi Arabica Puntang, dari
Juara Dunia hingga Dipromosikan Jokowi
![]() |
Presiden dan Gubernur, saat mencoba Kopi Arabica Puntang. Sumber detikcom |
![]() |
Penjemuran dan Penyortiran Kopi Arabica Puntang |
Menjaga Kualitas Kopi Arabica Puntang
![]() |
Chery merah menjadi pilihan Kopi Arabica Puntang agar kualitas rasa terjaga. |
9.1.21
Wisata Edukasi Kopi Garut
![]() |
Wisata Edukasi Kopi Garut |
Penikmat dan Pecinta
![]() |
Kopi yang dibuat aneh-aneh seperti ini, tidak lebih nikmat dibandingkan kopi murni. Wisata Edukasi Kopi Garut. |
![]() |
V60 salah satu metode meracik kopi. Wisata Edukasi Kopi Garut. |
Reblog dari blogar.co yang telah tiada :)
note: masterblackcoffee awalnya bertempat di Jalan Merdeka, tapi sekarang entah! Wisata Edukasi Kopi Garut.
8.1.21
Unlimited Smartfren, The Real Unlimited tanpa Tapi
![]() |
Deputy CEO Smartfren Djoko Tata Ibrahim dan Deputy CEO Mobility Sukaca Purwo Relaunch Produk Baru Smartfren |
Pada masa pandemi, produk smartfren banyak muncul pada masa ini, melahirkan kreativitas baru; seperti ada ION+, yang berlaku satu tahun, juga nonstop, ada esim yang menjadi satu-satunya di Indonesia.
Djoko berpesan, jangan sampai pandemic menghentikan kreativitas kita, smartfren membuktikan bahwa kita mampu. Tahun 2021 akan lebih lagi, karena pertumbuhan smartfren paling tinggi pertumbuhan. Pada masa pandemic justeru semakin berkembang, deras ke atas.
The Real Unlimited tanpa Tapi
![]() |
Sukaca Purwo,"Smartfren the King Unlimited." |
![]() |
Djoko Tata Ibrahim, Deputy CEO Smartfren |
Khusus untuk pelanggan yang membutuhkan batas pemakaian wajar tambahan, masih bisa menikmati fitur Booster Unlimited harian. Ada 3 pilihan masa berlaku dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp2.000 berlaku 1 hari, Rp5.000 berlaku 3 hari, dan Rp10.000 berlaku 7 hari. Pemakaian Booster Unlimited ini akan ditambahkan pada total batas pemakaian wajar harian paket internet Unlimited yang aktif.
Pelanggan yang membutuhkan kuota besar dengan Extra Unlimited Malam full-speed juga dapat menggunakan Smartfren Kuota Nonstop. Paketnya terdiri dari 4 pilihan, yakni Kuota Nonstop 6 GB seharga Rp30.000 dan masa aktif 28 hari, Kuota Nonstop 10 GB seharga Rp 45.000 dengan masa aktif 28 hari, Kuota Nonstop 18 GB seharga Rp 65.000 dengan masa aktif 28 hari, dan Kuota Nonstop 30 GB harga Rp 100.000 dengan masa aktif 28 hari. ***[]
5.1.21
Tanggung Jawab Sosial Media
![]() |
sumber: NUOnline |
Peran Warga
Overdosis informasi menjadi kelumrahan di era digital. Hal ini karena setiap orang merasa memiliki hak sama dengan media mainstream untuk berbagi informasi terkini. Para penyebar informasi juga datang dari media personal yang diportalisasi, atau blog dengan domain level utama dan blog dengan domain penyedia jasa (CMS), sampai akun jejaring sosial dengan jumlah fanbase fantastis dan dengan jumlah pertemanan hanya puluhan.
Era digital Setiap orang dimudahkan oleh beragam aplikasi. Kemudahan ini menjadikan berbagi informasi sebagai keniscayaan, bahkan telah mengarah fear of missing out—tidak ingin melewatkan untuk berbagi informasi apapun. Setiap informasi yang beredar dianggap telah given kebenarannya. Kondisi inilah yang menyebabkan kecenderungan terjadinya penyebaran berita yang missinformasi atau justeru disinformasi (hoax).
Oleh karena itu, setiap warga digital harus memiliki antibody terhadap serangan informasi yang sumbernya tidak jelas, kontennya tidak valid, dan wacananya meresahkan. Kita harus skeptis terhadap setiap informasi yang ada. Jangan sampai merugikan cara kita berfikir dan berpesaaan sehingga meresahkan kita sendiri.
Padahal, setiap orang bisa secara mandiri menentukan informasi yang dianggap bermanfaat dan menyeleksinya sesuai kebutuhan atau mengabaikan informasi yang meresahkan kita anggap disinformasi. Kita dapat menjadi agen mandiri informasi dengan melakukan literasi terhadapnya; cek beritanya berasal dari mana, terverifikasikah media tempat publikasinya, terpercayakan sumber rujukannya, apakah judul dengan isi relevan, apakah kontennya masuk akal, atau validkah berita tersebut. Jika semua telah dikroscek dan memenuhi kriteria literasi, beritanya bermanfaat dan memberikan motivasi dan harapan, kita bisa bagikan. Namun jika sebaliknya, alangkah baiknya berita tersebut kita abaikan. Meminjam istilah kekinian dari dr. Gia Pratama melalui novelnya, cukup Berhenti di Kamu.
Melakukan hal tersebut, menjadi bagian dari solusi agar perilaku kita tidak memperburuk keadaan. Minimal jika kita tidak ambil bagian dalam proses aksi pemberantasan Corona, kita tidak ikut bagian meresahkan masyarakat dengan menyebarkan berita yang tidak jelas sumber dan verifikasinya. Karena tidak setiap orang bersikap skeptis terhadap setiap informasi. Informasi-informasi tersebut sebagiannya dicerna mentah-mentah karena akses dan kemampuan literasi yang minim.
Tanggung Jawab Media
Walaupun telah banyak informasi yang beredar dari beragam institusi melalui situsnya atau personal ahli di bidangnya. Media tetap dibutuhkan kehadirannya oleh masyarakat. Media tetap harus menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam memberikan informasi yang kredibel, valid, dan solutif bagi masyarakat. Alih-alih meresahkan karena mengejar tiras, rating, rangking, dan klik.
Bagi Bapak Jurnalisme Dunia, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam buku Blur, How to Know What’s True in The Age of Information Overload (2010), kehadiran media diperlukan untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh masyarakat dalam proses moderasi dan kurasi berita. Media diperlukan untuk melakukan autentifikasi berita. Menjelaskan dengan fakta dan bukti tentang berita yang layak dipercaya. Media juga dibutuhkan masyarakat untuk merasionalisasikan lalu lintas informasi.
Kita tahu bahwa overload informasi membuat masyarakat kehilangan keseimbangan dalam menentukan mana berita yang benar dan masuk akal dan mana berita yang bohong. Sehingga seringkali masyarakat menjadi korban kebiadaban disinformasi yang menyebabkan mereka terkena pasal UU ITE karena menyebarkan berita bohong. Oleh karena itu, kata Bill Kovach dan Rosenstiel, media harus mampu menjadi sense maker. They must look for information that is of value, not just new, and present it in a way so we make sense of it ourselves. Media harus mencari informasi yang bernilai, bukan hanya yang baru, dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga masyarakat memahaminya sendiri.
Jika masyarakat masih kesulitan memanfaatkan big data untuk keperluan literasi informasi, maka di sinilah tanggung jawab dan fungsi media. Kovach dan Rosenstiel bilang, media harus menjadi smart agregator. Media harus mampu mengarahkan informasinya ke sumber-sumber yang layak dipercaya. Sehingga dapat menghemat waktu pembaca dalam menelusuri sumber-sumber penting dan kredibel yang dijadikan rujukan oleh media.
Sebagian masyarakat masih belum memahami media-media yang layak dijadikan sebagai sumber rujukan. Bagi awam, informasi yang ditampilkan pada portal, web perusahaan, atau blog-blog dengan domain tingkat utama, tidak ada bedanya, sehingga berita-berita yang disampaikan dianggap terpercaya. Padahal tidak selalu demikian, dengan tujuan monetisasi, seringkali media berbasis weblog melakukan manipulasi fakta dan data, melalui judul-judul yang bombastik. Sehingga media arus utama harus menjadi role model bagi siapapun.
Media Harus tetap menjadi panutan masyarakat sebagai rujukan informasi yang terpecaya dan solutif. Sehingga di tengah persoalan seperti sekarang, media tidak memperparah keadaan. Bukan menjadikan keadaan sebagai komoditas, dengan menjadikan informasi yang belum terverifikasi menjadi berita demi mendulang klik. Justeru, kehadiran media tetap diperlukan agar masyarakat tetap waspada tanpa harus panik. Semoga.***[Dudi Rustandi/ @abahraka]
23.12.20
Minuman Herbal antara Imunitas dan Menunggu Vaksin Covid 19
![]() |
sumber gambar: kompasdotcom |
Sejak pandemi merebak, salah satu kata kunci yang populer dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari adalah minuman herbal alami yang terbuat dari rempah-rempah. Minuman-minuman herbal ini menjadi sangat populer, bahkan para pemain industri minuman seduh juga turut meramaikannya; sebut saja misalnya sujamer atau susu jahe merah yang diproduksi oleh produsen jamu besar di Indonesia.
Sebelum covid, memang minuman-minuman yang terbuat dari rempah telah cukup populer di masyarakat; bajigur yang dibuat kemasan, bandrek, sari jahe, temulawak, atau minuman rempah lainnya. Namun, sejak Covid, muncul minuman-minuman rempah baru seperti minuman instan serbuk susu jahe merah, yang sejak lama telah dijual oleh masyarakat. Populernya minuman rempah tersebut membuat barangnya pun menjadi mahal dan langka.
Kebetulan, di depan jalan raya dekat rumah saya, terdapat penjual beragam umbi-umbian herbal untuk keperluan minuman herbal tersebut. Pada awal-awal covid, karena saya memiliki beberapa tanaman yang telah sejak awal ditanam; ada sereh dan kunyit putih, tinggal saya membutuhkan jahe merah.
Wadidaw, dari harga 25 ribu per kilo, setelah masuk masa covid naik hingga Rp80.000,- per kilonya. Belakangan, setelah saya membeli jahe merah tersebut yang pada akhirnya hanya saya beli sejumlah setengah kilo karena harganya melonjak, ternyata setelah dua kali saya berniat membeli lagi jahe merah, barangnya tidak ada.
Akhirnya isteri saya hanya membuat minuman ramuan yang terbuat dari kunyit putih, sereh, dan jahe biasa dengan bahan dasar gula merah. Beberapa kali saya buat ramuan seperti ini untuk menjaga imun tubuh.
Selain untuk menjaga imun tubuh, saat diminum dalam keadaan dingin sangat menyegarkan. Apalagi ditengah tegukan dingin tersebut, ada rasa hangat dari jahe, sedikit pait dari kunyit putih dan wangi dari sereh dan pandan.
Tidak Hanya Minuman Herbal
Berdasarkan beberapa sumber referensi, minuman herbal tersebut berfungsi menjaga imun tubuh. Herbal juga terbukti menjadi salah satu faktor yang memperkuat sistem imun tubuh dalam mencegah penularan Covid 19.
Namun, minuman herbal bukan satu-satunya cara dalam meningkatkan imun tubuh. Penyediaan multivitamin juga bisa meningkatkan imun tubuh termasuk dengan cara berolahraga. Pemerintah, dengan menganjurkan protokol kesehatan atau yang populer denga 3 M; menjaga jarak, mencuci tangan, dan menggunakan masker menjadi salah satu kunci antisipasi penyebaran covid 19.
Setelah 9 bulan berjuang melawan Covid 19, salah satu unsur paling penting dalam menjaga imunitas tubuh dari serangan Corona adalah dilakukannya vaksinasi oleh pemerintah. Saat ini seperti ditulis oleh Halodoc, sebuah situs aplikasi sekaligus start up yang mempertemukan dokter, pasien, obat, rumah sakit serta fasilitas penunjang kesatannya lain secara online, bahwa penyediaan Vaksin Covid telah masuk pada episode akhir, yaitu tahap tiga, sebelum akhirnya divaksinasikan kepada masyarakat.
Berdasarkan situs halodoc.com, ada beberapa vaksin yang akan dianjurkan untuk divaksinasikan di Indonesia, berikut saya ulas dari situs halodoc, yaitu:
1.Vaksin Sinovac dan Merah Putih: Menurut Halodoc, uji klinis fase III vaksin corona buatan Sinovac di Indonesia masih berlangsung hingga kini. Andaikan tahap ini berjalan mulus, hasilnya akan diregistrasikan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bila BPOM memberikan lampu hijau, maka vaksin bisa diproduksi secara masal pada Januari 2021.
2.Vaksin Johnson & Johnson. Sedangkan Johnson & Johnson mengembangkan vaksin untuk Ebola dan penyakit lainnya dengan Ad26. Kini Ad26 juga digunakan untuk membuat virus corona. Johnson & Johnson memulai uji coba fase I/II pada bulan Juli dan meluncurkan uji klinis fase III dengan hingga 60.000 peserta pada bulan September. Perusahaan raksasa ini menargetkan satu miliar dosis pada 2021.
3.Vaksin Moderna: Perusahaan bioteknologi asal AS, Moderna, juga turut andil dalam pengembangan vaksin virus corona. Moderna menggandeng National Institutes of Health (NIH) untuk membuat vaksin potensial. Setelah melakukan uji klinis II, Moderna dan NIH melakukan uji klinis III pada 27 Juli lalu. Uji coba terakhir akan melibatkan 30.000 orang sehat di sekitar 89 lokasi di Amerika Serikat.
4.Vaksin Oxford: Dalam percobaan uji klinis fase I/II, para peneliti menemukan vaksin tersebut mampu meningkatkan antibodi relawan terhadap virus corona. Selanjutnya, vaksin Oxford dan AstraZeneca memasuki tahap uji klinis fase II/III di Inggris, dan India, serta uji klinis fase III di Brazil, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.
5.Vaksin Pfizer: Dalam mengembangkan vaksin ini, Pfizer bekerja sama dengan BioNTech dari Jerman dan Fosun Pharma dari Tiongkok. Pada Juli lalu, uji klinis fase II/III dilakukan pada 30.000 relawan di AS, Argentina, Brazil, dan Jerman. Hasil studi sementara mengatakan relawan hanya mengalami efek samping ringan hingga sedang.
Dengan perkembangan tersebut, semoga tahap terakhir dari proses uji klinis vaksin berjalan lancara sehingga vaksinasi cepat segera direalisasikan pada masyarakat Indonesia. Dengan demikian, harapan kembali hidup normal di depan mata. Semoga.***[]
13.12.20
Menepi di Cantigi
![]() |
Menepi di Cantigi. Salah satu area permainan, Cantigi Camp. |
Pandemi, membuat hidup setiap orang menyisi. Bukan hanya soal ekonomi, juga emosi dan ketertekanan diri. Jiwa menjadi sepi. Setiap hari bertemu dengan dinding persegi, juga pintu yang seringnya menutupi penghuni.
Bosan iya, jenuh pasti. Keuangan
terkurangi. Banyak agenda tertunda tanpa permisi. Karena setiap orang telah
memaklumi. Satu kata, karena pandemi.
Minggu pertama Desember tahun
2020 ini, sejak pagi telah bersiap diri. Berniat pergi ke satu area wisata
lokal yang sedang populer di Bandung Timur. Batu Kuda Gunung Manglayang.
Walaupun telah dua kali
berkunjung ke sini, namun itu dilakukan saat tempat wisata yang lebih pas
disebut sebagai hutan pinus ini, mengubah diri sejak beberapa tahun lalu.
Sehingga cukup penasaran sekadar mengenali lagi area yang masih satu desa
dengan rumah kami.
Menggunakan kuda besi hitam, kami
pun beranjak menuju lokasi. Sayang, saat itu jalan menuju area sedang
diperbaiki dengan cara dibeton. Akhirnya kami mencari jalan alternatif lain.
Setelah tanya-tanya, akhirnya kami mendapati jalan alternatif. Sayang, hujan
cukup merapat hingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. Daaan
kami pun kembali.
Namun teringat, di penghujung
libur panjang yang melelahkan, kami pernah mengunjungi satu tempat yang tidak
kalah menariknya. Ya, saat itu, Agustus 2020, menjelang penutupan libur sekolah
pagi. Mencoba membuka diri, menghirup udara yang lebih hijau dibandingkan tetanaman
halaman yang seuprit. Masih berada di kecamatan yang sama. Cileunyi belok kiri
atas. Menuju ke arah Timur Bandung. Suatu lokasi yang masih asri dan pepohonan
menjulang tinggi. Tempat parkir tertata rapi. Tepatnya berada di daerah Manjah
Beureum Cileunyi Wetan. Cantigi Camp namanya.
Cantigi; dari Outbond, Camp, hingga
Wisata Keluarga
![]() |
Menepi di Cantigi. Salah satu area permainan, Cantigi Camp. Perosotan. |
Namun, dengan kunjungan personal,
Cantigi juga merupakan suatu area rekreasi keluarga, tepatnya tempat hang out
bergaya outbond. Bukan hanya saung-saung tempat menepi dari hujan dan
panas. Juga nyaman jika digunakan untuk botram alias makan bersama keluarga
atau sanak famili lainnya.
Sebagai tempat outbond, Cantigi
memiliki lapangan cukup luas. Lapangan di sana sini. Wajar karena lapangan
tersebut merupakan area perkemahan. Selain bisa digunakan untuk kelompok atau
grup besar, juga untuk keluarga kecil yang
merindukan suasana asri, sejuk, dan jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan polusi
udara.
Keluarga yang memiliki anak-anak laki-laki
bisa bermain bola tanpa terganggu pengunjung yang menggunakan fasilitas outbond.
Pepohonan yang menjulang tinggi, bisa melindungi dari sorotan matahari tengah
hari. Sehingga tidak khawatir kepanasan. Bahkan tidak khawatir anak-anak tersesat
di kerumunan orang. Karena masih bisa terpantau dari kejauhan sejauh mata
memandang.
Bangunan yang cukup luas dapat
digunakan untuk acara-acara ultah bergaya outdoor. Atau sekedar
memberikan tutorial untuk peserta pelatihan perusahaan kecil. Beragam fasilitas
juga tersedia; perosotan, kolam lengkap dengan perahu, juga kolam untuk melatih
keseimbangan. Begitu juga dengan ada flying fox khusus untuk anak-anak, selain
juga untuk dewasa yang lebih tinggi dan lebih panjang talinya. Sayangnya, flying
fox untuk keluarga berbayar hehehe.
Memiliki embel-embel Camp, Cantigi
terkesan serius khusus untuk tempat kegiatan outbond, tapi cocok untuk
wisata atau tempat piknik keluarga. Hampir pada setiap tempatnya memiliki
tempat duduk-duduk selain menyediakan saung-saung, baik untuk kapasitas 5 orang
atau 15 orang.
Jika tidak ingin repot membawa makan
dari rumah, tempat ini sebetulnya menyediakan resto lengkap dengan saung gazebo-nya.
Bahkan sepertinya, terdapat dapur khusus sebagai ruang produksi makanan.
Sayang, memang karena masa pandemi resto ini harus tutup sementara waktu.
Sebagai informasi, saat saya
mengunjungi tempat ini, area parkir sedang diperluas. Sepertinya pengelola
sedang melakukan perluasan tempat agar pengunjung bisa lebih nyaman dan aman
memarkirkan kendaraannya.
Saya sendiri, selain lebih
menikmati suasana hehijauan Cantigi, lebih menikmati sebagai latar untuk
foto-foto anak. Kebetulan sudah lama tidak pernah foto anak-anak.
Murah Meriah
Tiket masuk dipatok rata
Rp.7.500.-/ orangnya. Baik dewasa maupun anak-anak, terkecuali balita tidak dihitung.
Dengan harga murah tersebut, pengunjung bisa menikmati semua fasilitas yang ada
di Cantigi Camp. Pengecualian Flying Fox untuk dewasa, pengunjung harus
mengeluarkan lagi koceknya seharga Rp.15.000,-/ orangnya. Namun, bagi anak-anak
(kids) disediakan fasilitas flying fox gratis yang satu area dengan fasilitas
ayunan.
Pengunjung bisa berpuas ria
menikmati semua fasilitas dan bermain bersama sanak keluarga sambil menikmati
udara sejuk yang berasal dari pohon-pohon menahun dan meninggi. Suasana yang
nyaman, Cantigi Camp juga bisa dijadikan sebagai tempat bersantai, ngopi,
ataupun berleha-leha dengan fasilitas Gazebo yang tersedia.
Tempat ibadah dan toilet yang
sangat urgent dalam bepergiaan, juga tersedia di sini. Sehingga tidak perlu
khawatir, dapat memfasilitasi keperluan beribadah, khususnya bagi muslim. Jika memasuki
waktu ibadah, pengunjung tidak repot mencari mushola.
Menuju Cantigi
![]() |
Tinggal ketik Cantigi Camp untuk Mapsnya. |
Cantigi Camp cukup mudah
dijangkau dengan kendaraan pribadi ataupun menggunakan Opang. Tempatnya berada
di daerah Manjah Bereum Cileunyi Wetan. Sekitar 7 km dari Bunderan Cibiru,
sekitar 20 menit waktu perjalanan. Jika posisinya dari Cileunyi sekitar 3,5 km
dari Jalan Raya Cileunyi (terminal) atau sekitar 12 menit.
Bagi baraya yang hendak
mengunjungi tempat ini dengan menggunakan kendaraan pribadi, jalan masuknya tepat
berada di sebelah kiri ujung jalan percobaan Cileunyi menuju arah Sumedang. Jika
arahnya dari Sumedang maka belok kanan pas sebelum masuk jalan percobaan.
Cukup 2 jam berada di sini, dan
kepenatan karena selalu diborder oleh pintu dan langit-langit rumah, akhirnya terbayar
setitik dengan suasana hijau Cantigi, saya bisa menikmati kembali langit asli
ciptaan Tuhan. Cantigi bisa jadi tempat wisata keluarga alternatif terdekat
bagi yang tinggal di sekitar lokasi, Cileunyi dan sekitarnya.***[]
12.12.20
Pahami Karakter Medsosmu, Brosis! Jangan Sampai Keuwuan Membawa Sengsara
![]() |
Uwu, seuwu tulisannya! @abahraka |
Warganet 62 terkenal
Julid, karena kejulidannya yang sudah melewati batas wajar, sampai-sampai lahir
frasa netizen mahabenar. Namun pada sisi lain, netizen 62 juga terkenal dengan
sikap empatiknya di dunia lain, apalagi jika dibubuhi dengan kata Please twitter,
give your magic!, dengan cepat postingannya akan tersebar ke mayantara.
Akhir-akhir ini
fenomena semacamnya menjadi pemandangan yang biasa di twitterland, yang bisa
menyebar ke seantero negeri medsos lainnya. Jika awalnya, saya sering melihat
fenomena tersebut karena isu-isu politik, belakangan tentang keuwuan anak
tanggung sampai menu bekal suami pun dijulidin netizen maha benar. Wajar jika
abegeh tersebut mendapatkan spill of the tea, karena sebelumnya, sang lelaki
menggoda perempuan lain, sampai minta pap sensitif segala. Etapi menu bekal
suami, kenapa dijulidin juga? Nah, kejulidan ini mengetuk tangan-tangan gatal
saya, untuk menuliskan dalam bentuk catatan tak berdaya ini.
Sulit Melihat Orang
Bahagia
Kenapa melihat orang
bahagia begitu bencinya, dan saat orang berbagi inspirasi, seperti menonton
kesalahan hakiki? Sedangkan berbagi posisi batu bata rumah di atas kusen pintu
jadi inspirasi?
Asumsi saya, kedua
contoh kasus tentang keuwuan erat hubungannya dengan rasa! You know lah, rasa
itu ibarat lidah, saat badmood, makanan enak apapun tetap tidak punya taste.
Hambar. Jika tidak enak justeru mengundang emosi. Apalagi bagi seseorang yang
selama hidupnya belum pernah merasakan manisnya berpasangan. Jomlonya udah
takdir. Untuk merasakan keuwuan, para jones badmood harus sering-sering nonton
drakor. Nah, saat drakor selesai, badmood-nya memuncak lagi. Saat keuwuan orang
muncul pada temlen, mencabik-cabik perasaannya, yang udah lama garing bertambah
kering kerontang. Komentarnya pun autojulid. Belum lagi situasi sulit seperti
sekarang menjadi pelengkap kejulidannya.
Kalau di temlennya
muncul postingan keuwuan dengan dengan mutualannya, apakah itu tidak bikin
panas? Sementara dirinya, yang sudah lama ngecengin anak tetangga, gak pernah
dapat. Apalagi saat seorang istri sholehah, begitu cintanya, setiap hari
membuatkan sarapan dan bekal, apa gak merasa gagal tuh kaum feminis dalam
mendidik kaumnya agar memberontak patriarki? Maka muncul kejulidan-kejulidan
berlapis yang akan diarahkan kepada siapapun yang pamer keuwuannya. Betapapun
keuwuan yang wajar.
Nah, kalau sudah
kejadian seperti ini, yang repot bukan hanya penikmat keuwuan semu dunia maya,
juga para juliders yang tidak bisa tenang hidupnya. Karena setiap menonton
keuwuan orang lain, hatinya panas bin julid.
Bukan untuk Fomo
Sapiens
Pada negeri sebelah
(baca Instagram), keuwuan menjadi hal yang lumrah. Bahkan keuwuan yang remeh
temeh pun sering menjadi konsumsi warganya. Senang-senang aja tuh. Bahkan dapat
laik dan komentar banyak. Gak ada yang julid. Kecuali seleb yang banyak
haternya. Sepertinya, berbagi keuwuan di negeri sebelah itu, menjadi paten bagi
negeri tersebut. Hal yang sulit terjadi, kalau orang-orang biasa (folowernya
masih dikit) dijulidin sama warganet biasa juga.
Wajar jika negeri ini
terkenal dengan sebutan negerinya tukang pamer; dari remeh temeh hingga ramah
tamah, dari yang sederhana hingga yang mewah. Dari dapat voucher 50ribu, hingga
dapat giveaway jutaan. Dari yang dapat untung ribuan hingga puluhan juta. Dari
usaha jual cilok sampai usaha jual intan. Dari yang hanya makan sama ikan asin,
sampai yang makan ikan Arwana harga jutaan (dikiranya ikan Arwana buat
digoreng). Semua lumrah terjadi dan tidak pernah terjadi kericuhan.
Kaum julid juga malas jika harus numpahin teh di negeri kaum FoMO! (Fear of Missing Out). Karena pasti setiap orang berlomba-lomba pamer segala hal. Gak ada kesempatan kaum julid bikin ricuh, karena setiap netizen berkomentar dengan keuwuannya masing-masing. Mereka yang pseudo UWU, tidak punya kesempatan sama sekali untuk menuangkan tehnya. Maka pembalasan kaum julid lari ke twitterland, yang memungkinkan setiap orang membuang semua sampah dan sumpahnya.
Lengkaplah twitterland
oleh beragam manusia; dari yang terpelajar, politisi, para UWU, sampe penyedia
jasa esek-eesk. Sejak pemilik twitter memfasilitasi dengan beragam fitur yang
unyu, banyak generasi abal-abal pindah ke sini. Dengan akun abal-abal mereka
menjadi zombie di siang hari. Memakan semua hal yang berbau rasa dan keuwuan.
Menyerang kebijaksanaan yang tidak mereka dapatkan di lingkungannya nyatanya.
Jadi, saranku, Kaum
FoMO Sapiens, silahkan bersenang-senang di negeri yang memanjakan dirimu, yaitu
di Instagram yang bersih, wangi, dan penuh pesona. Jangan di twitterland yang
sudah basah oleh kucuran liur sampah serapah dan semua jasa hampir semua
tersedia. Tapi lain hal, jika kamu seleb, apalagi pecandu sahdu, betapapun
sampahnya cuitanmu, pasti disambut bahagia oleh mereka.
Anda harus sadar diri
sebagai orang biasa, tunjukkanlah bahwa anda juga biasa, jika perlu, tunjukkan
kesulitan anda, karena justeru mereka kaum Julid cukup bahagia melihat
kesulitan. Mereka pun langsung percaya, karena kesulitan serupa dengan
kekeringan rasa mereka. Walaupun pada akhirnya mereka tertipu dengan simulacra
mayantara.
Tapi tidak sedikit kok,
bahwa kesulitan-kesulitan itu nyata dan berbuah bahagia, karena; entah itu yang
sedang bertahan hidup dengan berjualan, menjual motornya, ataupun jenis
kesulitan lain misalnya diusir ibu tiri. Kesulitan mereka disambut dengan
empatik.
Pahami Karakter
Medsosmu, Brosis!
Setiap media sosial
memiliki niche-nya masing-masing. Tidak menyamaratakan perlakukan pengguna
terhadap semua media sosial menjadi pilihan bijak, jika eksistensi kita ingin
diakomodasi. Mungkin itu kata-kata bijak yang saya miliki untuk penduduk tiap
media sosial. Walaupun, tidak semua media sosial membuat segmentasi tertentu.
Misalnya, twitter hanya untuk kaum terpelajar dan melek politik. Siapa bilang?
Toh sekarang, politik bukan tema satu-satunya yang sering trending. Isu-isu
remeh temeh dan bahasan generasi lebay juga banyak kok di sini.
Jika di negeri
tetangga, Instagram, kalian mau pamer segala macam sah-sah saja, sepertinya
negeri tersebut memang yang paling cocok. Tapi tidak cocok untuk berbagi
informasi link berita, karena cocoknya di dunia lain, facebook, yang sudah
sangat berjubel dari anak gadis sampai nenek kakek.
Kalau mau cari gebetan,
tentu kalian tidak cocok mencarinya di negeri kantoran semacam LinkedIn, karena
negeri tersebut khusus untuk para jobless dan penebar lowongan kerja. Kalian cukup
pergi ke negeri Tinder atau Tantan. Begitu juga kalo mau cari cowok atau cewek
yang gampang untuk bermain-main di kosan, tentu tidak di medsos itu, tapi di
youchat.
Jika kalian ingin menjadi betul-betul maya dengan informasi yang seringkali mengagregasi keviralan dari media online tidak jelas, kalian harus paham, itu ada di line. Atau jika kalian ingin memalsukan informasi, jangan bermain di Wikipedia, tapi bikin blog sendiri. Karena Wikipedia berisi orang-orang dengan berjubel pengetahuan.
Jadi bagi medsos
addict, kalian harus paham karakter dari aplikasi jejaring tersebut, agar
kalian tidak kena julid dan aplikasi kalian tidak rusuh. Jangan sampai kalian
tidak tahu ‘niche’ yang lagi trend pada setiap aplikasi tersebut, karena salah
tema saat berbagi, kalian bisa berakhir sengsara. Tapi jika tepat, kalian akan
berakhir bahagia. Ya, bahagia yang semu!.***[]