Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Manfaat Vaksinasi dan Pengalaman Kontak dengan Penyintas

Vaksin Covid19, sumber kominfogoid

Awal-awal gelaran vaksinasi dilakukan, tidak sedikit orang yang menolak untuk melakukan imunisasi terhadap Covid19 tersebut. Salah satu alasannya, karena mereka yang menolak vaksin belum melihat efektivitas dari dilakukannya vaksin.

Hal ini menurut saya terbilang cukup wajar, karena mereka menunggu bukti dan hasilnya. Sehingga bisa meyakinkan diri. Selain juga mereka ingin membuktikan bahwa bukan hanya manfaat juga keamanan dari vaksin tersebut.

Eniwei baydewey, sebelum saya lanjutkan cerita tentang vaksin, kurang lengkap rasanya jika ngeblognya gak pake internet gokil maksimal, biar dapat rezekinya dari Rezeki WOW periode kedua, segera unduh aplikasi MySmartfren, isi terus pulsa dan menangkan kesempatan mendapat rezeki WOW dari Smartfren.


Kembali lagi ke persoalan vaksinasi, berdasarkan beberapa hasil survey. Banyaknya warga masyarakat yang menolak vaksin juga disebabkan oleh ketakutan mereka terhadap efek samping. Karena beberapa pengalaman lapangan, vaksin berdampak buruk seperti ada yang setelah divaksin meninggal, lumpuh, atau sakit.

Menurut salah satu dokter di Bandung, saat sosialisasi tentang vaksin, kasus seperti itu terjadi hanya 1 dari satu juga, dan jika pun terjadi setelah vaksin, belum tentu karena dampak langsung vaksin. Bisa jadi karena faktor kebetulan penyakitnya datang saat vaksin. Sehingga bisa dipastikan vaksin Covid19 tersebut betul-betul aman karena telah melalui riset yang ketat.

Saya sendiri sejak awal tidak pernah ragu untuk divaksin, karena sedikitnya saya memahami bahwa vaksin dapat membantu membentengi virus sehingga bisa meminimalisir risiko terburuk dari tertularnya virus Covid19.

Alhamdulillah mendapatkan Vaksin periode 2 khusus untuk pendidik, di tempat kerja. Dan sampai vaksin kedua disuntikkan, tidak ada efek samping. Adapun pegal pada tangan tempat disuntik, merupakan hal wajar sebagaimana halnya saat kita disuntik lainnya.


Kontak dengan Penyintas (+)

Pertengahan Bulan Juni 2021, saya kontak dengan seorang kawan yang positif. Walaupun awalnya tidak tahu, namun setelah beberapa hari kemudian, baru diketahui bahwa teman saya positif. Saya sendiri setelah kontak, 2 hari kemudian mulai terasa linu, malamnya langsung kesulitan nafas karena hidung tersumbat kedua lubangnya. Ini baru pertama, tidak bisa bernafat dengan hidung karena tersumbat dua-duanya.


Saat itu, saya menyangka bahwa ini hanya flu biasa. Dan setelah masa inkubasi tersebut akhirnya minum obat yang biasa saya minum saat flu. Tapi 2 hari berselang ternyata tidak sembuh-sembuh. Karena muncul batuk juga, akhirnya saya juga kena radang tenggorokan.


Saat dua lubang hidung dua-duanya tersumbat, saya disarankan isteri untuk menghirup uap air panas yang sudah dicampur dengan kayu putih. Namun bukan sembuh, justeru penciuman hilang.


Saat itulah mulai mencari informasi tentang gejala Covid19. Saat itu saya belum tahu jika teman saya positif, sementara tahu kemudian, teman lainnya yang kontak memang sudah positif.


Dari gejala-gejala yang saya rasakan, memang persis sama dengan gejala Covid. Pada hari keempat itulah, langsung menyerbu diri dengan vitamin, minumal herbal, madu. Setiap minum pasti dengan minuman jahe merah dan sereh merah. Begitu juga susu selalu dicampur dengan madu. Vitamin C500mg dan Vitamin herbal juga. Selain obat-obat penurun panas demam, flu, dan radang tenggorokan yang sudah biasa saya konsumsi.


Mungkin saya salah, tapi karena saya berprasangka itu adalah flu dan radang yang sudah biasa saya alami, maka saya perlakukan minum obat yang sama. Dan tentu saja bukan untuk ditiru karena tidak berdasarkan petunjuk dokter. Hanya, karena Covid19 belum ada obatnya, dan beberapa informasi menyarankan dengan obat panas dan sebagainya maka saya tidak membedakan. Perbedaannya karena gejala mirip dengan penyintas Covid19 sampai hilang penciuman, maka saya tambah dengan vitamin dan minuman herbal.


Jika Flu biasanya bisa sembuh dalam 3 hari saja, setelah 10 hari tidak sembuh-sembuh, di hari ke 10 tersebut penciuman saya mulai normal. Namun batuk, sampai hari ke-30 masih saja awet. Sampai minggu ketiga setelah saya sakit, badang masih belum fit, apalagi batuk yang terus menerus. Cepat Lelah, tidak semangat, Tiap siang sakit kepala, gampang masuk angin. Fix selama masa satu bulan tersebut bada tidak benar-benar fit, walaupun demam sudah hilang.


Setelah melewati 14 hari saat demam telah hilang dan bisa beraktivitas walaupun belum fit 100 persen, baru saya kontak teman. Dan ternyata kedua teman saya positif.


Sejak awal memang saya tidak PCR karena keburu mental yang kena, belum lagi sudah menular dengan anggota keluarga, dan isteri yang terkena dampak paling parah, hingga gejala dehidrasi. Untung saja, jika saya tidak pernah berurusan dengan dokter selama sakit tersebut, isteri langsung ditangani dokter karena tidak bisa masuk makanan (muntah-muntah). Begitu juga anak pertama dan ketiga sempat demam dan langsung diantisipasi dengan obat penurun panas serta vitamin dan minuman herbal.


Jika saya, sebagaimana halnya teman saya, positif tetapi apa yang saya rasakan tidak seperti rekan yang belum vaksin. Menurut seorang kawan, yang paling tidak dari positif Covid19 adalah tidak memiliki nafsu makan, itu yang membuat sulit. Selain juga bagi yang telah parah dengan kesulitan pernafasan. Sebagian teman-teman saya yang sudah vaksin dan mereka terkonfirmasi positif, tidak separah yang belum vaksin.


Alhamdulillah, setelah lewat masa 30 hari saya betul-betul fit, bisa Kembali bekerja, bahkan sampai malam hehehe…


Oleh karena itu, selagi ada kesempatan vaksin, apalagi pemerintah menggratiskan. Jangan ragu untuk divaksin.


Beberapa manfaat vaksin, seperti ditulis beberapa media mainstream, misalnya kompascom:


Pertama, meningkatkan Herd Immunity. Yaitu Ketika kita sudah kebal dengan virus, maka kita juga melindungi orang-orang yang kontak dengan kita, khususnya keluarga atau teman satu circle yang sering bertatap muka. Jadi kita memberikan perlindungan tidak langsung terhadap siapa saja yang kontak dengan kita.


Kedua, membangun perlindungan tubuh. Vaksin memberikan perlindungan bagi yang pernah terkena juga melindungan bagi yang belum terkena. Beberapa orang yang telah divaksin merasa terjadi perubahan yang signifikan terhadap tubuhnya. Seorang tetangga pernah bercerita, jika setelah vaksin, dirinya tidak lagi mendapatkan serangan vertigo yang sering dialaminya.


Ketiga, meningkatkan kekebalan tubuh. Sudah pasti setiap vaksin apapun salah satunya bertujuan meningkatkan kekebaran tubuh. Sehingga tidak mudah terserang penyakit. Maka wajar jika sejak orok diwajibkan untuk vaksin ABCD, karena untuk meningkatkan imun badannya.


Keempat, menurunkan resiko parah dari serangan penyakit (Covid19) termasuk virus yang sedang mengganas ini. Ini dirasakan juga oleh teman-teman yang sudah vaksin, tidak ada gangguan tidak bisa mengecap/ rasa, begitu juga pernapasan normal, hanya depan biasa seperti flu.


Melalui vaksin tersebut mudah-mudahan yang terjaga bukan hanya yang telah divaksin tapi anggota keluarga dan warga sekitar kita juga terlindungi karena kita sudah memiliki antibody. Semoga kita semua sehat dan Covid19 segera berlalu.***[]

 

Post a Comment for "Manfaat Vaksinasi dan Pengalaman Kontak dengan Penyintas"