Bapak-bapak yang Ingin Ngopi tapi Punya Asam Lambung, Coba Cara Ini!
Menderitanya Penderita Asam Lambung Nggak Bisa Ngopi!
![]() |
https://abahraka.com, kopi hitam Arabica Gayo |
Tapi pada tahun-tahun tersebut
muncul satu iklan kopi yang tagline-nya aman buat lambung. Kemakan dong saya
sama iklan tersebut? Pasti! Gimana enggak termakan iklan, saya iri sama
bapak-bapak yang asyik ngopi di pagi hari.
Saya pun nekad mencoba kopi
tersebut, yang kopinya tidak berwarna kopi. Beberapa kali malah. Sekali, oke
kuat beberapa jam. Tapi setelahnya, perut saya merasa lapar padahal sebelum
menyeduh kopi saya makan dulu. Begitu terus secara berulang.
Kadang perut terasa nyelekit,
sesaat setelah minum kopi tersebut. Sehingga seringkali perut saya jadi sakit
karena kekenyangan.
Saya pun mencoba Kopi dari merek
tersebut tapi dengan kemasan lainnya yaitu kopi hitam. Sekali aman, dua kali
aman, tiga kali mulai seperti minum kopi sachetnya. Setelah beberapa kali minum
kopi ini malah sering drama. Awalnya
tidak sadar namun lama-lama jadi sadar kalau drama ini berasal dari minum kopi
tersebut.
Drama apa gerangan?
Takut memakan nasi! Alias saat makan seringkali
hanya kuat antara 1-3 sendok. Loh kok bisa?
Oke, misalnya setelah berada di tempat kerja,
tentu saja saya sudah sarapan. Sebagai penderita asam lambung yang pernah
komplikasi dengan tipes, saya selalu disiplin untuk sarapan. Artinya,
jika setelah sarapan saya nyeduh kopi. Saya memperkirakan aman buat lambung.
Rutinlah saya selalu menyeduh kopi selama seminggu
atau dua minggu. Drama pun selalu muncul. Menjelang makan siang dan siap
menyantap nasi. Nasi yang saya makan pasti tidak habis, karena saat
menghabiskan sendok ketiga dan keempat atau kelima, sudah otomatis harus
dibantu dengan air minum. Ini
drama kan?
Masa iya makan harus selalu dibantu dengan
minum agar nasinya masuk ke dalam perut?
Hal ini karena saat memasukkan
sendok ketiga, keempat, atau kelima. Perut saya sudah menolaknya. Alias selalu
ingin muntah, seperti halnya orang sakit.
Saat itu saya belum sadar jika itu berasal dari
kopi yang saya minum. Karena biasanya jika lapar karena minum kopi, normalnya
makan biasa saja. Tapi ini malah perut menolak nasi.
Saya pun berhenti Ngopi hitam. Satu hari, dua hari, dan tiga hari
mulai terasa. Makan normal lagi. Tapi saya akhirnya berhenti ngopi lagi.
Seperti sebelum tahun 2014.
Minum Kopi Langsung Proses Bijinya
Saat itu, saya menemukan satu
tempat, sebetulnya ini adalah rumah teman saya yang disewakan, posisinya
strategis, pinggir jalan dan pertigaan. Tempat parkir nyaman. Akhirnya pas
pertama melihat café tersebut, saya pun memarkirkan kuda besi tua saya.
Saya pun minta menu. Pramusajinya
menawarkan kopi, saya pun menolaknya karena saya memiliki penyakit asam lambung
alias maag.
Dengan nada meyakinkan si
pramusaji tersebut menjamin bahwa kopi yang dibuatnya itu justeru aman buat
lambung.
Antara penasaran dan takut tidak
bisa pulang ke rumah jika lambung saya kambuh. Sebelum pramusajinya membuat
kopi akhirnya malah ngobrol. Cukup lama, sekitar 10 menitan.
Ia menjelaskan jenis kopi.
Intinya ia menjelaskan ada dua jenis kopi, yaitu Robusta dan Arabica –
belakangan saya mengetahui bahwa ada 4 jenis kopi yang berbeda secara rasa dan
kandungan asamnya, selain robusta dan arabica, yaitu liberika dan exelsa.
Si Pramusaji yang kemudian saya
tahu ia adalah pemiliki cafe sekaligus juga sebagai petani kopi yang terjun
dari hulu hingga hilir. Artinya ia selain menanam, juga mengolah kopinya
sendiri sampai jadi roas bean (kopi yang sudah dipanggang). Pramusaji
tersebut juga yang mendistribusikan ke cafe-cafe di Bandung, bahkan sudah
memiliki langganan tetap.
Melalui cafe yang ia miliki saat
itu (sekarang sudah tutup), pramusaji tersebut langsung menjualnya ke konsumen
terakhir, yaitu para penikmat kopi.
Sambil bercerita, ia memanggil
baristanya untuk meyakinkan saya. Jika kopi arabica relatif aman buat lambung,
zat asamnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jenis robusta. Saat itu
saya belum tahu, jika arabica itu memiliki rasa keasaman dan robusta cenderung
memiliki rasa pahit.
Tapi pemilik café tersebut
berhasil meyakinkan saya dan alhasil saya pun jadi penasaran. Mencobalah,
harganya saat itu 14.000. Entahlah apakah termasuk mahal atau tidak.
Tapi jika dibandingkan dengan
starbucks, harga tersebut jauh lebih murah, karena harga di starbucks saat itu
dua kali lipatnya. Antara Rp.26000 s.d. Rp35.000,-
Akhirnya pesan lah saya jenis
kopi caffelatte alias kopi susu ala café hehehe. Belakangan saya lebih suka
Vietnam drip, karena kopinya lebih pekat dibandingkan kopi-kopi olahan lainnya.
Setelah kopi berada di hadapan
saya, pemilik cafe yang menjadi pramusaji sekaligus meyakinkan saya kembali,
“Sok A dicobian, moal nanaon, aman.” Dalam bahasa sunda.
Antara waswas dan penasaran,
akhirnya Bismillah, saya seruput dan obrolan berlanjut dengan teman-teman
mahasiswa saya karena lagi bikin project situs pariwisata.
Saya pun menikmati kopi tersebut
seruput demi seruput dengan tetap dengan perasaan waswas. Menjelang duhur saya
lapar, saya pun pesan makan. Aman sampai duhur. Saya waswas jika sebelum sampai
rumah di Bandung lambung kambuh saat naik motor. Bisa berbahaya hehehe...
Akhirnya sekitar jam 16.00,
diskusipun selesai dengan pembagian tugas masing-masing. Saya pun pulang. Agak
kerasa sedikit sih ada rasa gimana gitu ke lambung. Tapi saya merasa masih
aman. Seperti dicubit sedikit, tapi biasanya gak parah dan gak berlanjut.
Namun setelah peristiwa tersebut
saya membawa pulang pengetahuan, bahwa ada jenis kopi yang relatif aman buat
lambung karena mengandung zat asam yang minim.
Saya pun akhirnya mempelajari
kedua jenis kopi tersebut dari artikel-artikel yang bersebaran di internet. Baik
dari media mainstream ataupun web-web tentang edukasi kopi termasuk juga
artikel SEO dari webstore alat-alat perkopian.
Sejak saat itu, saya pun jika
menemukan bazar atau pameran kopi di Bandung selalu menyempatkan datang untuk
mendapatkan pengetahuan tentang kopi.
Saya pun membeli kopi roasbean-nya
plus sekaligus yang digiling ditempat. Tentu saja jenis arabica.
Sekali dua kali tiga kali. Kadang
aman buat lambung kadang juga tidak. Seterusnya seperti itu. Hingga akhirnya
menemukan langganan kopi yang relatif aman buat lambung.
Beberapa Kesimpulan tentang Kopi Aman Buat Lambung
![]() |
Roasbean Arabica Gaya dan Kopi Hitam |
Setelah setahun dua tahun literasi. Dan selalu rutin minum kopi jenis Arabica. Saya pun mendapatkan kesimpulan sendiri dari beberapa kali mencoba berganti-ganti pengrajin atau merek kopi berbasis UMKM.
Pertama, jenis kopi arabica memang cenderung
memiliki zat asam yang minim dibandingkan jenis robusta.
Kedua, jenis kopi arabica memiliki rasa yang
relatif asam, walaupun hal tersebut tergantung pada jenis roasting-annya.
Tapi rata-rata kopi arabica Jawa Barat cenderung asam.
Ketiga, minimnya zat asam tergantung pada
keterampilan dan keahlian roaster. Karena beberapa kali saya pesan kopi Arabica
ke teman, dengan teknik seduh yang biasa saya lakukan, konsisten tidak aman ke
lambung. Akhirnya berhenti. Akhirnya saya lebih memilih membeli kopi dari
langganan online karena cocok buat lambung.
Keempat, suhu air berpengaruh terhadap
peningkatan asam lambung jika kita menyeduhnya kurang pas.
Kelima, jenis robusta pun bisa
aman buat lambung jika kita menyeduhnya dengan tepat.
Keenam, rutin minum kopi justeru
bisa meminimalisir zat asam dalam lambung (ini pengetahuan yang saya dapat dari
dosen yang berlatar belakang pertanian) saat kuliah yang sudah saya praktikkan.
Beberapa Tips agar Ngopi Aman bagi Lambung
Itu kata
dokter saat saya kena asam lambung beberapa tahun setelah saya bisa ngopi, tapi
bukan karena kopi ya. Karena perut belum terisi tapi makan pedas yang amat
sangat.
Jadi jangan
coba-coba jika memang memiliki penyakit yang memperparah keadaan tubuh. Tapi
jika hanya maag tingkat rendah atau pernah meningkat asam lambungnya, boleh
dicoba, bagi yang GERD saya sarankan jangan.
Berikut adalah tipsnya, yang biasa saya lakukan di rumah. Jadi walaupun saya pernah kena penyakit maag parah, beberapa kali kena juga setelah masuk rumah sakit, termasuk juga asam lambung meningkat, tapi relatif aman saat ngopi. Tips ngopi bagi bapak-bapak penderita asam lambung:
Pertama, usahakan minum kopi setelah sarapan.
Sarapan boleh apa saja, enggak harus selalu harus nasi.
Kedua, pilih jenis arabica dan beli langsung
dari toko spesialis kopi. Jikapun bisa memilih, pilih yang warnanya roasbeannya
pekat. Karena berdasarkan beberapa artikel, roasbean yang pekat
cenderung zat asamnya minim.
Ketiga, jika tidak ada alat grinder atau
penggiling bumbu misalnya, upayakan langsung beli yang ditempatnya langsung
digiling. Bukan yang sudah bubuk. Ini lebih ke menjaga aroma dan rasanya.
Keempat, jika tujuannya untuk bekerja lebih
baik tidak menggunakan gula dan suplemen lain seperti krimer atau susu kental
manis (SKM).
Kelima, jika ingin menikmati kopinya,
gunakan gula aren atau susu freshmilk.
Keenam, seduh kopi dengan air
mendidih, mungkin ini dikisaran 94-100 derajat tingkat panasnya. Ada yang
menyarankan biar cafeinnya tetap kuat katanya di 94. Tapi buat saya pilihannya
tetap saat air sudah mendidih relatif lebih aman.
Nah ini saya lakukan karena saya
memiliki riwayat maag dan asam lambung, jadi dengan air mendidih bisa
melepaskan zat asamnya sekaligus. Makanya suka muncul buih-buih, berbeda kalau
diseduh dengan air panas biasa.
Keenam, jangan biarkan kopi
sampai dingin. Minimal masih hangat saat diminum. Saya sendiri seringkali telat
minum karena sambil kerja tiba-tiba dingin. Biasanya kalau masih penuh, saya
lebih memilih mencampurnya dengan es.
Menurut dosen saya yang berlatar
belakang pertanian, kopi dingin justeru bisa mengikat zat asam lambung yang ada
di perut. Dan akan terbawa saat buang air, jadi tidak berdiam dalam lambung. Mungkin
sesekali saya juga pernah beberapa kali kaya diare. Karena bisa jadi gara-gara asam lambung itu
terbuang.
Ketujuh, jangan gunakan kopi untuk begadang,
karena bisa jadi justeru memperparah asam lambung. Kalau nomer tujuh ini sudah
banyak kasusnya. Begadang boleh saja jika ada manfaatnya, itu pesan Bang Haji
Rhoma ya.
![]() |
https://abahraka.com, Salah satu merk kopi produksi UMKM Medan, satu lagi origin Manglayang Bandung |
Kedelapan, jika ternyata kopi yang kita beli roasbean-nya masih menimbulkan nyelekit di lambung atau masih ada menimbulkan gemetaran di perut dan membuat lapar. Jangan teruskan.
Akan tetapi jika masih ingin tetap ngopi coba
cari toko lain, karena bisa jadi roastingannya tidak cocok dengan perut. Itu
saya lakukan beberapa kali. Ganti-ganti toko dengan jenis kopi yang sama. Dan
akhirnya menemukan yang cocok.
Kesembilan, rajin minum kopi arabica, karena
untuk keperluan kerja, saya mendapatkan hasilnya. Jadi tidak anti terhadap kopi
sachset. Jika terpaksa, saya juga akhirnya bisa minum kopi merek-merek yang ada
di warung. Dan itu jadi aman buat lambung. Tapi dengan tips di atas ya.
Kesepuluh, jika sudah aman ngopi
sachet, tetap jangan biasakan, itu sebagai alternatif saja. Karena bisa jadi
kandungan cafein dan zat asamnya berbeda. Jadi saran saya tetap kembali ke kopi
yang awalnya sudah cocok.
Kesebelas, bisa menggunakan trik ala Kopi
Pontianak dan Kopi medan ya. Pertama, tips ala pontianak, kocek kopi hingga 60
kali kocekan sebelum meminum atau menyaringnya. Tips ala kopi medan, sebelum
menyeduh kopi, rendam terlebih dahulu gelas yang akan dijadikan alas kopi
dengan air panas. Termasuk juga jika menggunakan saringan basahi terlebih
dahulu dengan air panas.
Keduabelas, menyaring kopi bisa meninggalkan zat
asam yang sudah menjadi buih dalam ampas kopi. Coba juga lakukan trik ini. Jadi
kopi selalu disaring. Ini yang saya lakukan juga. Selain meminimalisir asam
juga meminimalisir ampas kopi.
Ketigabelas, terakhir, sebagai info, karena sudah rutin
minum arabica, minum 1-3 gelas sehari, sekali-kali jika terpaksa karena harus
mengejar deadline, masih aman. Tapi jangan dibiasakan sih menurut saya, tetap
satu atau maksimal dua gelas aja. Saya sendiri lebih sering hanya satu gelas
sehari.
Betewe, Saya punya langganan kopi yang sudah lama,
walaupun jauh. Pertama cocok dari segi harga kedua cocok dari segi rasa. Yang
satu dari medan yang satu lagi dekat dengan rumah. Yang dekat dari rumah
justeru baru pas pandemi ketemunya, secara tidak sengaja saat lewat, eh kok di
rumah ada yang display beragam jenis roasbean. Akhirnya mampir dan
mencoba, ternyata cocok.
Oleh karena perkara asam lambung, saya lebih suka bikin kopi sendiri, rasanya lebih dapat dibandingkan ngopi di cafe atau kedai kopi, kecuali ada jenis seduhan manual brew-nya, bisa V60 atau vietnam drip, sementara yang pakai mesin, saya gak bisa menikmati sama sekali.
Jikapun terpaksa, saya suka bertanya, pakai kopi jenis apa, jika pramusajinya sama sekali tidak tahu, saya memilih untuk tidak memilih menu kopi.
Nah dari pembaca, ada yang punya
pengalaman yang sama? Pengen
ngopi tapi asam lambungnya tinggi atau punya maag? ***[]
Wah saya juga punya asam lambung, Bah. Pertama kali minum kopi bikin lambung saya berontak nggak karuan. Hahaha... Tapi dua bulan ini masih membiasakan diri setelah insiden itu, paling banter setengah cangkir satu hari. Dan syukurnya lambung tidak berontak. Jadi pengen coba juga teknik dari biji kopinya. :D
BalasHapusIya kalo memang punya maag akut jangan coba minum kopi sembarangan. Jika pun beneran suka ngopi, coba sesekali kalo ada pameran kopi, maen ke sana, cari kopi jenis arabica, dengan proses fullwash, dan bijinya yang cenderung cokelat pekat, bukan yang cokelat muda warnanya. Coba dulu dari kopi-kopi yang terkenal misalnya Arabica Gayo, Arabica Kintamani, Arabica Toraja, atau Flores.
HapusJadi pengen curcol, saya dulu juga maag dan merasa nggak bisa minum kopi, tapi kurang paham, kopi mana yang sebenarnya bikin perut nggak nyaman. Sehingga sempat skip minum kopi. Trus setelah berkembangnya coffee shop di Indonesia, jadi penasaran coba kopi. Dan ternyata perut saya aman-aman aja. Setelah itu coba minum kopi instan, baik yang sachet ataupun yang kalengan, ternyata enggak cocok (kecuali kopi bubuk n*scafe). Setelah baca penjelasan di sini, jadi paham sih. Ternyata banyak faktor yang membuat orang penderita maag dll nggak bisa minum kopi. Suhu air untuk menyeduh juga ngaruh yah!
BalasHapusYa samaan kalo gitu, tapi lama-lama ketemu juga kopi yang cocok...., usahakan kalo ngopi yang ada ampasnya sih itu lebih aman
HapusAku dari kecil alias TK udah suka sama kopi susu, SMP kalau ibuk bapak pagi2 ngopi item ikutan suka ngopi item sampek akhirnya magh, tapi gak kapok sampek bujang dan bolak balik RS akhirnya mutusin buat berenti ngopi huhu sekarang rasanya kalau ngopi itu deg degan dan malah lemes
BalasHapusWahhh abahhh informasi ini kayaknya nggak hanya buat bapak-bapak deh. Saya juga suka ngopi dari dulu, tapi karena asam lambung semakin parah jadi ngurangin. kayaknya bisa nih pakai tips ini
BalasHapusHaha, bapak-bapak pengen ngopi tapi ada… ya ampun, kebayang deh drama lambung vs semangat ngopi pagi! 😅 Ngopi itu memang ritual, tapi kalau perut ngambek, ya kudu ada yang kompromi. Kudu cari cara nikmat tapi aman.
BalasHapus