Memacu (kembali) Adrenalin di Trek Sukawana: Pemanasan sebelum Family Gathering
Trek Sukawana Lembang
Si Aku masih setia menggunakan masker di Trek Jalur Sukawana Lembang, foto by panyicia |
[https://abahraka.com] Bagi penikmat wisata offroad, Jalur Kebun Teh Sukawana Bandung Barat bukan sesuatu yang asing. Jalur ini juga sering dijadikan trek motor trail bagi pehobi trabas hutan.
Bagi saya, ini adalah kali kedua
menantang adrenalin di jalur Sukawana. Pertama saat bersama kawan-kawan
Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Jawa Barat, sebuah komunitas yang fokus pada
kampane pariwisata di daerahnya masing-masing melalui platform digital.
Kali kedua, tepat pasca pandemi, bersama kolega
kerja. Semacam merajut kembali butiran-butiran silaturahmi pasca hidup
individualis saat pandemi. Di sini saya menuliskannya: Memacu Adrenalin diJalur Sukawana.
Saat sampai di area, jarum jam masih berdiam di
tengah-tengah antara 6 dan 7, cuaca saat memang lumayan menusuk. Walaupun
tidak mengenakan kupluk, beruntung jaket punya gelantungan hoody-nya. Jadilah
penutup kepala yang cukup menghangatkan.
Terminal Wisata Grafika Lembang, saya
kira ini terminal, karena beberapa unit kendaraan jeep sudah nongkrong berjejer
rapi. Panitia pun mengarahkan untuk menempati unit maksimal 6 orang. Pikir saya
saat itu, oh hanya sekedar singgah.
Awalnya tidak tahu jika jeep ini
akan mengarungi kembali jalur Sukawana. Saya pun ikut tanpa banyak bertanya. Saat
memasuki kawasan, termpampang jelas pada Gapura sebuah tulisan, Perkebunan Teh
Sukawana.
Trek Semi Offroad
Baru tersadar, bahwa kami akan
dibawa aprak-aprakan ka tengah leuweung. Trek yang pernah saya nikmati
perjalanan adrenalinnya pada tahun 2018 bersama teman-teman Genpi Jabar.
Saat memasuki pintu masuk, land
rover yang saya tumpangi sampai beberapa kilometer, tidak memberikan kejutan
sedikitpun. Akselerasinya datar, jalanpun normal, jalan berbatu seperti
kebanyakan di area perkebunan teh.
Mungkin karena ada Ibu-ibu yang
menjelang pensiun atau bapak-bapak yang sudah menjelang lansia. Jadinya selow
pembawaannya.
Bahkan, kedataran tersebut
disambung dengan istirahat sejenak, ngopi-ngopi istirahat, jajan di Tengah
jalur Sukawana. Wah gak seseru waktu pertama kali ngetrek di sini, pikir saya
saat sedang beristirahat. Sambil menikmati cilok dari mamang yang jualan menggunakan motor ke jalur tersebut di Tengah
hutan.
Jajan cilok sebelum membakar kalori di Trek Jalur Sukawana Lembang, Foto by panyicia |
Setelah istirahat perjalanan kami lanjutkan, naik kembali jeep land rover. Saat memasuki area yang sudah mulai botak dan bertanah campur lumpur, sopir mulai agak laen. Mulai berani gas-gas dikit, tambah lagi dikit, dikit-dikit jadi banyak. Dan akhirnya All out.
Adrenalin mulai terpacu. Tambah lama
tambah berani. Para penumpang yang kebanyakan masih usia muda, jelas sekali,
bukannya cemas, malah menantang. Sopir pun tambah beringas.
Mau tidak mau penumpang
benar-benar harus siap dengan kejutan-kejutan yang diberikan sopir. Karena
ternyata sopirnya benar-benar ‘gila’. Tiada ampun setiap menemukan area yang
cocok buat pacu adrenalin, sang sopir langsung Gassss.
Kejutan-kejutan yang diberikan
sopir tanpa aba-aba merepotkan pertahanan kami di kabin belakang. Seorang teman
berteriak sejadi-jadinya. Oaaaaach …aaaaaagh.
Benturan demi benturan tidak tertahankan. Yang bertugas berpegangan bukan hanya tangan, kaki pun memasang kuda-kuda agar badan tidak oleng ke sana kemari. Apalagi seseru ini, kamera smartphone harus tetap siaga menangkap momen-momen seru sekaligus menegangkan.
Namun, tidak disangka, ternyata
pacuan adrenalin kali kedua ini lebih tereksplore. Sang sopir land rover, yang
seharusnya membuat penumpangnya ‘nyaman’ memberikan kejutan-kejutan yang tidak
terduga.
Jika pada kali pertama ke sini, sang sopir cenderung mengendarai Land Rover biasa-biasa kecuali ada kejutan jalan yang memacu adrenalin itu hal biasa. Kali ini, sang Sopir memang dengan sengaja mamacu adrenalin dengan aksi-aksinya yang ‘Gila’.
![]() |
Salah satu trek yang memompa adrenalin trek Jalur Sukawana Lembang, foto by abahraka |
Sang sopir off road
benar-benar mengajak kami mengaduk perut dan meningkatkan hormon adrenalin. pada
saat jeep yang kami tumpangi memasuki jalanan sempit.
Seketika sang Sopir memacunya
tanpa takut menyerempet dinding. Gass ditekan habis dan kendaraan tua bertenaga
ini lari sekencang-kencangnya zzzzzzzzzzzz suaranya bertabrakan dengan suara
histeris penumpang aaaaaaachhhhh zzzzzzzzzz aaaaaaaagh.
Tentu saja sang sopir sejak awal
sudah bertanya kesiapan, tapi tidak selalu memberikan aba-aba. Kami pun
berteriak, antara cemas takut jeep kami terkena dinding, kepala kami terbentur,
dan juga semangat kami yang menggebu.
Saya yang berada di kabin
belakang, sambil menahan kaki agar tidak terlalu terbawa goncangan juga
sesekali sambil tetap menyalakan kamera selular. Rasa takut bercampur pompaan kelenjar adrenal.
Kami pun berteriak bersama. Berteriak tanpa arti yang
jelas...oaaaaa..aaaaach...owaaaaaaaa.
Begitu juga saat jeep melewati jalan yang
bergelombang dan penuh air, sang sopir memberi aba-aba agar siap-siap, kejutanpun
terjadi dengan melakukan akselerasi yang cepat. Alhasil kami kembali berteriak
karena hormon adrenalin kami terpacu…oaaaaaa....aaaaaaacchh....owaaaaaaaa...
Ternyata bukan pada unit yang kami tumpangi
saja sang Sopir mengocok perut dan memacu adrenalin, unit lain pun dibuat sama.
Bahkan ada yang sampai pindah unit karena terlalu campur antara yang tidak siap
dengan yang siap memacu adrenalin.
Istirahat Setelah Ngetrek Gila Jalur Sukawana
Istirahat sambil sarapan di tengah hutan Trek Offroad Jalur Sukawana, foto by panyicia |
Sesaat duduk bersama, cuaca justeru masih
sangat dingin. Karena pemberhentiannya tepat berada di tengah hutan. Kami cukup
senang dan mulai mengenal satu sama lain. Karena walaupun satu Gedung tempat
kerja, tidak semua ketemu tiap hari. Ada kalanya tidak pernah ketemu apalagi
saat pandemi.
Minumannya tersedia teh manis hangat dan
bandrek. Tentu saja walaupun telah mengalami guncangan sehingga tubuh ini jadi
sedikit terpacu dan hangat, saya tetap memilih bandrek. Karena selain hangat di
tenggorokan, komposisi jahenya bisa menghangatkan perut juga.
Berbagi cerita keseruan, ternyata kolega kerja, seorang ibu paruh baya, kira-kira seusia dengan saya kurang lebih, hak sepatunya lepas. Ternyata, bisa jadi unit Land Rover lain yang ditumpangi guncangan-guncangannya lebih keras.
Kami pun berbagi tawa dan cerita. Keseruan
tentang wisata semi offroad ini sambil menikmati hidangan umbi-umbian dan
goreng-gorengan.
Salah satu trek landai jalur Sukawana Lembang, Foto by panyicia |
Satu dua seruput bandreknya menghangatkan perut. Matahari sudah mulai menembus celah-celah pohon pinus. Sedikit menghangatkan kulit yang masih berbalut dengan jaket.
Satu jam cukup beristirahat,
matahari tidak lagi malu-malu menembus celah pohon pinus, ia berhamburan
menghangatkan tubuh kami.
Sebagian ibu-ibu memilih bertukar
tempat dengan bapak-bapak, karena sebelumnya masih ada yang bercampur dan
dinamikanya tidak sama. Untuk menyamakan kebutuhan ritme, maka yang kurang siap
mendapatkan goncangan berpindah kabin.
Ronde kedua dimulai, hanya saja ronde kedua
tidak seseru ronde pertama. Karena hanya tinggal menghabiskan sisa trek.
Walaupun ada guncangan-guncangan, teriakan-teriakannya tidak sekeras pada ronde
pertama. Hingga akhirnya sampailah di sebuah area yang terdapat sebuah warung.
Jalannya sudah mulai agak
melandai dan cukup bagus. Land Rover yang kami tumpangi sebentar lagi akan
keluar jalur dan masuk jalur Cikole.
Jalan Cikole jalannya sudah
beton. Artinya saat kendaraan kami menapakkan kembang bannya pada jalan
berbeton tersebut, berakhirlah petualangan kami di trek jalur Sukawana.
Tampak bangunan café ala gunung
berdiri megah, dengan cat flat berwarna kopi gosong. Megah, gagah, dan
sepertinya cukup nyaman jika bisa ngopi di sana hehehe. Atau mungkin bisa
sambil camping ceria bersama keluarga.
Saat membayangkan itu terjadi,
kendaraan kami sudah sampai di jalan utama Lembang Ciater dan sampailah kembali
di Terminal Wisata Grafika Lembang.
Pilihan trek Sukawana, merupakan
pembuka menu sebelum melakukan outbonding di salah satu destinasi wisata daerah
Lembang tersebut.
Sebagai pembuka menu famili
gathering tersebut, justeru saya merasa, wisata off road sebagai menu utama.
foto by panyicia |
Family Gathering dibuka dengan permainan bersama, yang mengenalkan kami satu sama lain.
Tidak terasa, waktu menunjukkan
pukul 12.00 waktunya makan siang. Setelah makan siang, kami memiliki beberapa
kupon permainan salah satunya adalah flying fox. Kami melakukannya secara
massal.
Permainan terakhir yang kami
nikmati kebersamaannya hingga bisa mengenal satu sama lain adalah paint ball. Cukup
seru dan lama juga berada di area paint ball ini. Hanya sayang karena harus
menggunakan pakaian lengkap selain tidak nyaman dengan kacamatanya karena
bertabrakan dengan kacamata minus, juga pelindung pakaian yang membuat gerah. Tapi
seru-seruan aja ini mah.
Paint Ball menjadi menu permainan
terakhir. Langit mulai gelap. Adzan magrib berkumandang. Kamipun berhenti.
Foto Ceria setelah menjadi team paint ball, foto by panyicia |
Penutup terakhir menu makan malam di tempat yang lebih menyerupai café restoran. Cukup nyaman walaupun berada di Gunung. Tambah satu dua lagi berkenalan dengan teman baru. Menambah keakraban penutup menu family Gathering.***[]
Posting Komentar untuk "Memacu (kembali) Adrenalin di Trek Sukawana: Pemanasan sebelum Family Gathering"
Terima kasih telah berkunjung, tunggu kunjungan balik saya ya...